TEMPO.CO, Pontianak - Rumah Sutarmidji di sudut Gang Waris, Jalan Tebu, Pontianak, Kalimantan Barat, mayoritas berbahan kayu belian dengan halaman yang luas. Kayu belian dikenal juga dengan sebutan kayu besi atau ulin. Jenis kayu kelas satu yang tahan, dan harganya pun mahal. Rumahnya hanya di cat pelindung kayu, mempertahankan warna aslinya yang hitam pekat.
Matahari belum tinggi, tapi di teras rumah sudah tampak beberapa orang tamu. Duduk berjejer di kursi besi yang disediakan. Rumah kayu ini ternyata kerap dijadikan tempat pertemuan. Ruangan induk, ternyata terletak di gang utama. Baru terlihat rumah ini berbentuk L. Di ruangan induk, dingin AC langsung menerpa kulit. Ruang tamu terdiri dari susunan kursi jati, disusun berjejer memenuhi ruangan. Tuan rumah tampak kerap menerima tamu dalam jumlah banyak.
“Bapak sudah siap,” kata Ncus Sobari. Dia adalah tim kampanye media Sutarmidji. Pria 56 tahun ini adalah mantan Wali Kota Pontianak yang kini maju dalam pemilihan kepala daerah Kalimantan Barat. Lismaryani, istri Sutarmidji keluar dari kamar. Tangannya memegang piring berisi jajanan pasar. Sejurus kemudian, Sutarmidji keluar. Duduk kursi jati bagian tengah. Dia berkisah, baru saja pulang dari safari kampanye ke daerah.
Walau lelah, konsekuensi ini telah sepenuhnya disadari Midji, panggilannya sejak kecil. Dunia politik sudah mendarah daging di keluarganya. Ayahnya aktif di Partai Masyumi. Keluarga besar ayahnya bahkan kader PDI dan Golkar. “Tapi, tamat SMA tahun 1981 saya memilih masuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP),” katanya.
Pada 1997, Midji berhasil menjadi anggota DPRD Kota Pontianak, sekaligus pegawai negeri sipil. “Waktu itu hampir tidak ada PNS yang bisa jadi anggota Parpol. Kemudian karena reformasi, hanya menjabat selama dua tahun. Terpilih lagi di tahun 1999,” katanya.
Pada 2003, Midji dipinang untuk mendampingi Buchary A Rachman, untuk maju menjadi pasangan wali kota dan wakil wali kota Pontianak.
Pada 2008, saat pemilihan langsung pertama Midji maju sebagai calon wali kota, dan terpilih bersama pasangannya, Paryadi. Periode selanjutnya, Midji berpasangan dengan Edi Rusdi Kamtono pun berhasil memenangkan Pilkada, dan menjadi orang pertama di Kota Khatulistiwa untuk periode kedua.