Midji sejak muda sudah berani bersikap. Jika dulu, PNS harus bergabung dengan Golkar, Midji tetap memilih PPP. Tentu tak mudah, untuk hal ini Midji punya kenangan.
“Saat harus mengantongi izin dari Menteri, Pak Wardiman, izin keluar paling terakhir. Sehingga SKCK (dulu surat kelakuan baik, red) harus dibuat jam sebelas malam,” kisahnya. Hampir saja dia dicoret dari pendaftaran anggota. Namun nasib memihaknya. Midji bersyukur akan hal ini. Di Kalbar, mungkin dia yang pertama.
Sutarmidji resmi didukung empat partai dalam pencalonannya sebagai Gubernur Kalbar 2018 mendatang. Dia berhasil mengumpulkan 18 kursi; Golkar 9 kursi, Nasdem 5 Kursi, PKB 2 kursi dan PKS 2 kursi. Maju sebagai kandidat Gubernur Kalbar, Midji berpasangan dengan Ria Norsan, mantan Bupati Mempawah. Norsan adalah pentolan Partai Golkar.
Terjun ke dunia politik, anak ke enam dari sembilan bersaudara ini, punya pesan buat istri dan keluarganya. “Kalau mau baca berita, harus kuat mental. Kalau kuat silahkan baca. Kalau tidak, mending jangan,” ujarnya.
Keluarganya pun menurut. Dia sendiri tak ambil pusing apa yang ditulis media. Klarifikasi pun diberikan jika memang diperlukan. “Saya yang paling tahu kan, kadang yang ditulis di media salah fatal pun saya biarkan. Saya tidak ingin menjatuhkan kredibilitas wartawan dan medianya. Biar saja,” katanya.
Salah satu kontroversi yang menerpanya adalah kebijakan Pemerintah Kota Pontianak menjadikan SD Negeri 01 Pontianak sebagai lahan parkir untuk hotel. Sebagian warga memprotes. DPRD Kota Pontianak pun sempat memanggilnya.
Selain itu, pada 2015, Sutarmidji jadi sorotan media nasional lantaran kritiknya terhadap Gubernur DKI Jakarta saat itu, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Lewat akun Twitter-nya, Midji mengkritik pengelolaan anggaran Ahok.