TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Ferry Juliantono mengkritik perhitungan berbagai lembaga survei karena ada selisih yang besar antara hasil hitung cepat atau quick count dan survei terakhir menjelang hari-H pemungutan suara pilkada 2018. Anehnya, ujar Ferry, selisih besar itu hanya terjadi pada pasangan usungan partainya di daerah lumbung suara, yaitu Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Ia mempertanyakan selisih hanya di dua daerah itu. “Hasil survei kok bukan mencerminkan margin of error malah makin error di lumbung suara?" kata Ferry dalam sebuah acara diskusi di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu, 30 Juni 2018.
Baca:
Dedi Mulyadi Tuding Hastag...
Pilkada Makassar, KPU Diduga Manipulasi Data...
Ferry mencontohkan, partainya mengusung pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu di Jawa Barat. Survei terakhir berbagai lembaga survei menempatkan pasangan itu memperoleh suara di bawah 10 persen. Namun hasil hitung cepat atau quick count menunjukkan pasangan itu memperoleh suara hampir 30 persen.
Begitu pula dengan survei terhadap pasangan usungan Gerindra di Jawa Tengah, kata Ferry, yang diumumkan dua pekan terakhir menjelang pilkada memperoleh sekitar 20 persen suara. Namun, pada hari-H, mendekati suara pasangan inkumben dengan perolehan di atas 40 persen menurut hitung cepat.
Direktur Eksekutif SMRC Djayadi Hanan membantah, tidak ada yang aneh dari hasil survei yang perbedaannya besar dengan quick count. Survei terakhir SMRC dilakukan tiga pekan menjelang pilkada serentak 2018 dan diumumkan seminggu sebelum pilkada. Hasilnya menempatkan pasangan Sudirman Said-Ida Fauziyah pada pilkada Jawa Tengah hanya memperoleh 22,6 persen. Sedangkan pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu di pilkada Jawa Barat mendapat 7,9 persen.
Baca:
Pilkada Ricuh, Pemenang Pilgub Sumut Terancam Tertunda
Pilkada Serentak 2018, Bawaslu Temukan Politik Uang
"Survei terakhir kami menunjukkan 42 persen pemilih memutuskan pilihan pada pekan terakhir.” Sedangkan 10 persen pemilih menentukan pilihan pada saat masuk bilik suara. Suara pemilih, kata Djajadi, masih dinamis menjelang hari-H.
Pada pilkada Jawa Barat 2013 sebelumnya pun, ujar Djayadi, survei terakhir pasangan Rieke-Teten hanya memperoleh 11,2 persen suara. Namun pada hari-H justru berada di posisi kedua dengan perolehan 29 persen. Begitu pula dengan Ahmad Heryawan, yang berada di bawah suara Dede Yusuf, tapi ternyata memenangi pilkada Jawa Barat 2013.