TEMPO.CO, Jakarta – Geliat politik menjelang pemilihan gubernur Jawa Barat atau Pilgub Jabar 2018 semakin memanas setelah beberapa partai menarik ulur dukungan kepada beberapa kandidat yang sempat digadangkan sebagai calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat. Sampai saat ini tampak ada tiga poros yang akan maju dalam kontestasi politik merebut kursi nomor wahid di Jawa Barat itu.
Poros pertama adalah koalisi Partai Gerindra, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang sudah mantap akan mengusung Mayor Jenderal Purnawirawan Sudrajat dan Ahmad Syaikhu. Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto resmi menunjuk Sudrajat sebagai kandidat bakal calon gubernur pada pilgub Jabar 2018 lewat keputusan yang ditekennya pada Kamis malam, 7 Desember 2017 di kediaman Prabowo, Hambalang, Sentul, Jawa Barat.
Baca: Demokrat dan Golkar Mesra di Pilgub Jabar, Begini Tanggapan PDIP
Kemudian PAN dan PKS pun merapat. PKS yang sebelumnya akan mendukung Deddy Mizwar dalam pilgub Jabar itu pun menceraikan aktor senior Indonesia itu demi bergabung ke kubu Prabowo. Presiden PKS Sohibul Iman mengatakan salah satu alasan mereka berkoalisi adalah keberhasilan mereka dalam memenangi pemilihan kepala daerah DKI Jakarta tahun ini. "Ada semangat kami ingin melanjutkan apa yang kita raih di putaran kedua pilkada DKI," kata dia pada Senin, 25 Desember 2017.
Poros kedua adalah koalisi yang dibentuk oleh Golkar dengan mengusung Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. Dedi disebut akan berduet dengan calon usungan Partai Demokrat, Deddy Mizwar.
Baca: PKS Cabut Dukungan, Deddy Mizwar: Sudah Ada Feeling
Semula, Golkar mendukung Wali Kota Ridwan Kamil saat posisi Ketua Umum Partai Golkar masih dijabat oleh Setya Novanto. Namun saat kepemimpinan beralih kepada Airlangga Hartarto, Partai Golkar kembali mengusung kadernya Dedi Mulyadi. ”Saya kira tidak akan kembali lagi kepada Ridwan Kamil,” kata Airlangga Hartarto, Rabu, 27 Desember 2017.
Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Sjarifuddin Hasan menyampaikan partainya sudah melakukan pembahasan untuk berkoalisi dengan Golkar. Namun kedua partai belum memutuskan siapa yang menjadi calon gubernur dan siapa wakilnya. Dua partai ini pun belum mengumumkan secara resmi pasangan calon itu. "Mohon doanya saja, sesegera mungkinlah," kata Sjarif.
Poros ketiga adalah kubu Ridwan Kamil yang sampai saat ini masih didukung oleh Partai Nasdem, PPP, dan PKB. Setelah, wacana koalisi Dedi Mulyadi dan Deddy Mizwar, Patai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebagai partai pemenang yang bisa mengusung calon sendiri di Jawa Barat pun beralih membuka diri untuk bergabung dengan kubu yang mendukung Ridwan Kamil.
Namun, sampai saat ini, Ridwan Kamil belum memutuskan siapa yang akan menjadi pendampingnya di pilgub Jawa Barat. Sikap Ridwan Kamil tersebut membuat partai pengusungnya gerah dan berpikir ulang untuk mengevaluasi dukungan, jika pria yang kerap disapa Emil itu terlalu lama memutuskan siapa pendampingnya.
"PKB hanya ingin mengingatkan jika politik itu dinamis," kata politikus PKB, Maman Imanulhaq. Jika Ridwan masih dalam keragu-raguannya, menurut Maman, dia bisa bernasib sama seperti Deddy Mizwar di pilgub Jabar setelah Gerindra menarik gerbong dukungan partai pendukungnya. "Emil bisa terancam jomblo," ujarnya.