TEMPO.CO, Jakarta - Wakil ketua tim pemenangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno, Muhammad Taufik, mengatakan pihaknya mencurigai ada kecurangan dalam penerbitan surat keterangan atau suket. Suket digunakan calon pemilih yang belum memegang e-KTP tapi sudah merekam datanya, untuk hari pencoblosan nanti.
Menurut Taufik, data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri menjelaskan jumlah suket pada pemilihan kepala daerah putaran kedua DKI Jakarta ada 138.741. Padahal, kata dia, hanya ada sekitar 57 ribu suket pada pilkada putaran pertama.
Baca: Pilkada DKI, Surat Keterangan Sah sebagai Pengganti e-KTP
"Saya kira angka ini angka yang mencurigakan, kan dari tahap pertama sudah ada suket, tahap kedua keluar lagi suket, nanti kalau ada tahap ketiga masih ada suket dong?" ujar Taufik saat konferensi pers di Posko Cicurug, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu, 16 April 2017.
Dia meminta Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil segera memberikan data suket berupa nama beserta alamat mereka. "Saya minta kepada Dukcapil untuk segeralah memberikan data untuk kami sampling," katanya.
Taufik mengatakan hal yang menarik adalah banyak suket yang bertambah di wilayah Jakarta Utara dan Jakarta Barat. "Malah sekarang ditambahin di daerah Timur (Jakarta Timur) menjadi 42 ribu suketnya. Itu kan daerah kami menang, dia nambah-nambahin sendiri," ujar Taufik.
Baca: Djarot di Masjid Al-Atiq, Kepala Polsek Tebet: Bukan Pengusiran
Dia menyebut jumlah suket di Jakarta Barat ada 34 ribu sedangkan di Jakarta Selatan 26 ribu. "Timur dan Selatan mencurigakan angkanya," katanya. "Dukcapil ngapain ikut-ikut pilkada? Kalau hasil sisiran kami terbukti ada pemalsuan, harus dipidanakan."
REZKI ALVIONITASARI