TEMPO.CO, Jakarta - Kubu pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dan pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni saling melempar sindiran dalam diskusi hasil survei Indikator Politik di Jakarta, Rabu, 25 Januari 2017. Muncup ungkapan anekdot pada 1982 ketika Soeharto terpilih sebagai Presiden RI untuk ketujuh kalinya.
Awalnya juru bicara kubu Ahok-Djarot, Maruarar Sirait, memberikan tanggapan atas hasil survei Indikator yang menyebutkan elektabilitas pasangan inkumben itu menempati posisi teratas. Maruarar menyampaikan bahwa rakyat Jakarta sangat menghargai kinerja dan prestasi.
"Tidak bisa yang karbitan. Jakarta itu kompleks. Jangan pertaruhkan Jakarta kepada orang yang tidak punya track record," kata Maruarar sembari menambahkan pilkada Jakarta sebaiknya tidak dijadikan ajang uji coba atau tempat untuk latihan.
Baca : Survei Indikator Politik : Kubu Anies-Sandi Puas di Posisi 2
Ucapan Maruarar memancing kubu Agus-Sylvi yang diwakili Roy Suryo untuk membalasnya.
Menurut mantan Menteri Pemuda dan Olahraga ini, ucapan Maruarar dianggap anekdot pada 1982 ketika Soeharto terpilih sebagai Presiden RI untuk ketujuh kalinya.
"Syarat jadi presiden saat itu, satu bertakwa, berkelakuan baik, syarat nomor tujuh pernah menjadi presiden. Lalu syarat jadi gubernur, pernah jadi Gubernur Jakarta, ya enggak ada," kata Roy disambut gelak tawa Maruarar serta Mardani Ali Sera, yang mewakili kubu Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
Sindiran dan candaan antara Roy dan Maruarar tak berhenti di situ. Giliran Maruarar yang menimpali ucapan Roy. Ketika itu, Roy sedang mengatakan bahwa efek dari Pemilu 2014 masih sangat terasa dalam Pilkada DKI 2017.
Dirinya mencermati bahwa pendukung kotak-kotak, seragam khas kampanye Joko Widodo yang kini dipakai Ahok, sangat solid. "Artinya meski tokohnya beda tapi bajunya sama," ujar Roy.
Ketimbang mengatakan hal yang bagus-bagus mengenai pasangan Agus-Sylvi, Roy terlihat lebih banyak memuji keunggulan pasangan calon lain dan merendah terhadap calon yang didukungnya. Tapi, Roy mengaku punya alasannya. "Saya lebih suka mengevaluasi kekurangan kami," kata Roy.
Maruarar menimpali. "Jadi memuji pasangan lain biar terlena," ucapnya disambut tawa Roy, Mardani, termasuk Burhanudin Muhtadi selaku Direktur Eksekutif Indikator Politik. Roy pun membalas, "Betul. Seorang politikus memang begitu. Mas Ara juga begitu."
Dalam survei yang dirilis Indikator Politik, elektabilitas Agus-Sylvi sebesar 23,6 persen. Cukup tertinggal dibadndingkan perolehan pasangan Ahok-Djarot di posisi pertama dengan raihan 38,2 persen. Sementara pasangan Anies-Sandi meraih 23,8 persen suara. Hasil tersebut merupakan simulasi pilihan kepada tiga pasangan calon.
FRISKI RIANA