TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyediakan alat bantu berupa template braille bagi pemilih yang menyandang tunanetra pada pencoblosan Pilkada 2020.
Ketua KPU Gunung Kidul Ahmadi Ruslan Hani mengatakan akan memberikan pelayanan yang maksimal bagi penyandang disabilitas tunanetra saat pencoblosan. Sementara untuk disabilitas lainnya dapat mengajukan permohonan pendamping.
“Pendampingnya diharapkan dari pihak keluarga. Tidak boleh diwakilkan, pendamping itu hanya mendampingi saja, yang nyoblos tetap yang bersangkutan,” kata Ahmadi.
Untuk template alat bantu, masing-masing TPS akan menyediakan. Dengan demikian diharapkan kelompok disabilitas dapat berpartisipasi dengan baik sesuai dengan hak mereka. "Template disediakan sesuai jumlah penyandang tunanetra di TPS tersebut," katanya.
Anggota KPU Gunung Kidul Rohmad Qomarudin mengungkapkan hak pilih penyandang disabilitas harus dilindungi. Sehingga mereka dapat memanfaatkan haknya untuk ikut dalam demokrasi di daerah. Mereka yang memanfaatkan hak pilihnya juga tidak begitu banyak.
Sebagai contoh, pada 2019 dari 2.494 disabilitas yang masuk dalam daftar pemilih tetap (DPT) hanya 0,412 persen yang menggunakan hak suara. Tahun ini untuk mengoptimalkan peranan disabilitas, KPU berupaya melakukan pendekatan agar dapat ikut ke TPS dan menyumbangkan hak pilih mereka.
"Mereka juga memiliki hak yang sama dengan yang lainnya. Ikut berpartisipasi dalam menggunakan suara mereka dengan memilih calon sesuai yang dikehendaki,” kata Qomarudin.
Sementara itu, Ketua Forum Disabilitas Gunung Kidul Untung Subagyo mengungkapkan partisipasi kelompok disabilitas dalam penyelenggaraan pemilihan umum masih minim. Pasalnya dari mereka ada yang masuk dalam kategori berat sehingga tidak bisa pergi kemana-mana dan tidak dapat menggunakan hak pilih mereka.
Belum lagi sejumlah kondisi yang dihadapi oleh mereka. “Ada relawan yang terjun memberikan arahan dan sosialisasi tapi masih belum menyasar secara keseluruhan,” kata Untung Subagyo.
Disamping itu, kebanyakan dari kelompok disabilitas ini bingung akan memilih karena tidak mengetahui calon yang berkontestasi. Sehingga mereka terkadang memilih untuk tidak memanfaatkan hak pilihnya. “Bingung juga menjadi salah satu faktor minimnya partisipasi teman-teman disabilitas karena tidak tahu calon mana yang menaruh perhatian dengan kami,” ujar Subagyo.