TEMPO.CO, Surabaya - Calon Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak, menyinggung jiwa kepemimpinan rivalnya, Puti Guntur, dalam debat terakhir pemilihan Gubernur Jawa Timur. Hal itu diungkapkan Emil saat Puti mempertanyakan laboratorium kriya yang dijalankan Emil di Kabupaten Trenggalek.
Pada sesi kelima, Puti Guntur mempertanyakan bagaimana Emil mengangkat permasalahan sinkronisasi perencanaan dan pelaksanaan program laboratorium kriya.
Baca: SMRC dan Roda Tiga Konsultan Prediksi Kemenangan Khofifah-Emil
"Tata kelola pemerintahan kuncinya adalah bagaimana menghasilkan sinkronisasi rencana dan pelaksanaan program yang muaranya pada kepuasan warga dengan pelayanan cepat dan tepat. Nah, bagaimana dengan program laboratorium kriya di Trenggalek yang nyatanya tidak sesuai?" ujar Puti dalam debat yang digelar di Dyandra Convention Center, Surabaya, Sabtu, 23 Juni 2018.
Emil lalu menjawab pertanyaan Puti dan menilainya kurang paham terhadap apa yang dimaksud dengan laboratorium kriya. "Itulah dia kalau enggak punya pemahaman definisi laboratorium kriya. Mungkin dipikirnya adalah seperti laboratorium biologi,” kata Emil, yang mengundang sorak-sorai kedua kelompok pendukung yang hadir.
Menurut Emil, laboratorium kriya disebut tempat ngulik anak-anak muda. Laboratorium kriya itu, kata dia, adalah tempat mempertemukan perajin desa, industri tanah liat, dan pengusaha ukiran kayu dengan insan kreatif yang mampu membawa produk kriya ke kancah nasional dan internasional.
Baca: Gus Ipul dan Khofifah Berbahasa Jawa di Debat Pilgub Jatim 2018
“Ada anak-anak muda terpelajar dari perguruan tinggi, dalam negeri dan luar negeri, yang bisa membawa karya itu, lalu memperkenalkannya sampai pameran internasional. Bahasanya ngulik bersama-sama,” kata Emil.
Emil lalu menyebutkan, leadership alias kepemimpinan dalam memimpin daerah menjadi sangat penting. “Bukan hanya menghafalkan program-program, tidak seperti Mbak Puti yang belum pernah duduk di pemerintahan,” tuturnya.