TEMPO.CO, LUMAJANG -- Puti Guntur Soekarno gagal satu panggung dengan Ketua Umum Partai Amanat Nasional, Zulkifli Hasan, Minggu 22 April 2018. Puti datang terlambat ke lokasi kampanye sedang Zulkifli Hasan buru-buru harus meninggalkan lokasi kampanye.
Wakil Sekretaris Jenderal PDIP, Ahmad Basarah mengatakan dia bersama dengan Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan dalam kapasitas sebagai pimpinan partai politik, punya kewajiban dalam pendidikan politik kepada rakyat. "Pilkada bukan hanya urusan merebut kekuasaan politik, tetapi juga sarana pendidikan politik bagi rakyat, hari ini Pak Zulkifli Hasan sebagai Ketua Umum MPR telah membuktikan bahwa pilkada harus menjadi sarana kerukunan dan persaudaraan bagi bangsa Indonesia," katanya.
BACA:Kekayaan Emil Dardak Rp 8,2 Miliar, Berapa Kekayaan Puti Guntur?
Dia mengatakan pada hari ini meskipun dalam kampanye pilkada Bupati Lumajang, PDIP bersama-sama, tapi di Pilgub, PAN dan PDI Perjuangan berbeda. "Tetapi meskipun dalam Pilgub, PDIP berbeda dengan PAN, Pak Zulkifli Hasan bersedia satu panggung dengan Mbak Puti di Kabupaten Lumajang, meskipun pada akhirnya beliau pulang dan Mbak Puti terlambat, itu masalah teknis. Tetapi beliau menunjukkan bahwa perbedaan calon tidak membuat kita putus persaudaraan sebangsa dan setanah air," ujar Ketua Tim Pemenangan Gus Ipul-Mbak Puti ini.
PDIP dalam pemilihan gubernur Jawa Timur berada dalam satu gerbong mengusung Gus Ipul-Puti Guntur Soekarnobersama dengan PKB, Partai Gerindra dan PKS. Sementara PAN bergabung dengan Partai Demokrat, Golkar, Nasdem, PPP, Hanura mengusung Khofifah-Emil. Sedangkan di Lumajang, PDIP bersama PAN dan Hanura mengusung inkumben yakni Kiai As'at- Bang Thoriq.
Pilkada Lumajang diikuti tiga pasangan calon yakni Toriqul Haq-Indah Amperawati Masdar yang diusung PKB dan Partai Gerindra; As'at-Thoriq Al Katiri yang diusung PDIP, PAN dan Hanura; Rofik-Nurul Huda yang diusung Partai Demokrat, Golkar, Nasdem, PKS dan PPP.
DAVID PRIYASIDHARTA