TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Adi Prayitno mengatakan calon kepala daerah salah alamat jika meminta dukungan pemimpin besar Front Pembela Islam Rizieq Shihab yang berada di luar Indonesia. Dukungan Rizieq, kata Adi, tidak akan mempengaruhi elektabilitas mereka.
“Ironis, di tengah demokrasi elektoral langsung seperti ini, masih saja mengganggap ada orang yang mampu meningkatkan elektabilitas," kata Adi saat dihubungi, Kamis, 29 Maret 2018. Apalagi, orang itu tidak berada di Indonesia.
Baca:
Kapitra: Banyak Calon Kepala Daerah Datangi Rizieq Shihab di Arab ...
Peneliti: Rizieq Shihab Dianggap Bisa Dongkrak Elektabilitas ...
Sejumlah calon kepala daerah, seperti calon gubernur Jawa Tengah Sudirman Said dan calon wali Kota Bekasi Nur Supriyanto menemui Rizieq Shihab di Mekkah, Arab Saudi. Mereka meminta doa dan dukungan agar bisa memenangi Pilkada 2018. Adi melihatnya sebagai mistifikasi.
Menurut dia, peserta pemilu dianggap lebih mengandalkan dukungan dari luar dan tidak berfokus pada kinerja, visi misi, dan program. "Ini mistifikasi politik yang di luar batas kewajaran."
Baca juga: Kata Pengamat Soal Potensi Rizieq Shihab ...
Semestinya, kata dia, demokrasi berbanding lurus dengan logika. Orang memilih pemimpin karena kinerja, bukan hal lainnya. "Kandidat menggadaikan akal sehatnya, dengan mendatangi Rizieq Shihab," ujarnya. Ketimbang mendatangi Rizieq, lebih baik kandidat blusukan mendatangi konstituen. Karena tidak ada hubungannya mendatangi Rizieq Shihab dengan kemenangan pada Pilkada 2018.
Ia mengatakan pengaruh Rizieq tidak akan sehebat yang mereka bayangkan pada Pilkada tahun ini. Pengaruh Rizieq terasa besar pada Pilkada Jakarta, karena ada momentum yang dimainkan yakni isu penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, calon gubernur inkumben DKI saat itu.