TEMPO.CO, Bandung - Survei Indonesia Strategic Institute (Instrat) di pilkada Jawa barat menunjukan elektabilitas Sudrajat-Ahmad Syaikhu dan Tubagus Hasanuddin-Anton Charliyan berada di angka buncit. Namun, kedua pasangan ini dinilai masih bisa mengejar ketertinggalan elektabilitas dua pasangan lainnya.
Penilaian itu diungkapkan analis politik sekaligus pengajar komunikasi di Telkom Unviersity, Dedi Kurnia. Dia beralasan, perolehan suara Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum dan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi didominasi suara responden yang memilih karena personal Ridwan atau Deddy Mizwar.
Baca juga: Pilkada Jabar, Elektabilitas RK dan Demiz Terpaut 1,5 Persen
"Kita belum melihat kinerja partai politik pendukungnya," kata dia di acara pemaparan hasil survei Instrat di Bandung, Kamis, 8 februari 2018.
Dedi Kurnia mengatakan swing voter dalam survei Instrat masih tinggi, yaitu sekitar 45 persen. Bila partai menggarap serius swing voter ini, ada kemungkinan suara tersebut menjadi milik mereka.
"Ini tidak mudah, tapi kita punya pengalaman Aher pada 2008 yang tidak dikenal, tapi menang dalam pemilihan gubernur 2008," kata dia.
Seperti diketahui, survei pilgub Jawa Barat oleh Instrat menunjukan elektabilitas Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum di posisi pertama dengan angka 25,6 persen. Posisi ini ditempel ketat oleh pasangan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi dengan elektabilitas 24,1 persen.
Baca juga: Elektabilitas Ridwan Kamil Tergerus di Pilkada Jabar, Kenapa?
Di sisi lain, elektabilitas Sudrajat-Ahmad Syaikhu adalah 2,1 persen; serta di posisi paling bawah Tubagus Hasanuddin-Anton Charliyan 1,9 persen. Sementara jumlah swing voter mencapai 45,2 persen; dan 1,1 persen lainnya golput.
Survei dilakukan antara 27-30 Januari 2018, dengan metode multistage random sampling proporsional di 27 kabupaten/kota, meliputi 225 kecamatan dengan wawancara tatap muka pada melibatakan 1.800 responden.