Penyandang disabilitas, Shinta Utami, menemui Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok di Balai Kota DKI, 27 April 2017. Shinta baru saja finish di Monas setelah menempuh perjalanan dari Yogyakarta selama 18 hari dengan kursi roda|Friski Riana
TEMPO.CO, Jakarta - Balai Kota masih dipadati penggemar Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang ingin berfoto, Jumat, 28 April 2017. Ratusan orang masih berjajar mengantre dari depan halaman Balai Kota sampai mendekati gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jakarta.
Meski begitu, Balai Kota tampak lebih lengang dan teratur dibanding tiga hari sebelumnya. Pengunjung yang ingin berfoto berjajar di balik tali plastik yang menjadi batas antrean. Selain itu, pengunjung diwajibkan mengambil nomor antrean.
Pengunjung dijejerkan dalam dua baris di depan ruang kerja Ahok. Mereka dipersilakan duduk di kursi yang disediakan dalam barisan dengan masing-masing sepuluh kursi. Jadi antrean lebih cepat terurai karena Ahok hanya perlu berpindah posisi untuk berfoto. Setelah berfoto, setiap pengunjung distempel.
Stempel dengan tulisan “FOTO” baru digunakan hari ini sebagai penanda yang sudah berfoto. “Biar enggak mondar-mandir," ujar anggota staf Biro Kerja Sama Daerah dan Hubungan Luar Negeri, Michael Oktoviyanes, di Balai Kota, Jumat, 28 April 2017.
Agar tertib, pengunjung juga tidak diizinkan berfoto dengan kameranya sendiri. Kamera hanya disediakan staf gubernur. Mereka yang ingin berfoto bisa mengambil fotonya dengan memindai data dari kode QR yang disediakan.
Michael menuturkan stempel merupakan salah satu antisipasi agar pengunjung tidak menumpuk di halaman Balai Kota. "Banyak dari kemarin yang muter-muter terus (setelah berfoto)," ucap Michael.
Pengunjung pun tidak keberatan jika harus ditempel cap dengan tulisan “FOTO”. Pengunjung, Imelda, 31 tahun, mengatakan stempel akan membuat orang tertib, sehingga semua pengunjung mendapat kesempatan yang sama. "Supaya adil. Jadi ka semua bisa berfoto, enggak ada yang dua kali," ujar Imelda.
Ungkapan serupa disampaikan Reni Margareta, 21 tahun. Meski kecewa tidak bisa berlama-lama bertemu dengan Ahok, wanita yang baru tiba dari Medan, Sumatera Utara, ini cukup puas. "Yang penting bisa ketemu Pak Ahok," tutur Reni dengan wajah bahagia.