Tiga pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta, Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni, Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat, serta Anies Baswedan dan Sandiaga Uno menunjukan nomor urut saat rapat pleno pengundian nomor urut calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI di Jakarta, 25 Oktober 2016. Pasangan Agus-Sylvi mendapatkan nomor urut 1, Ahok-Djarot mendapatkan nomor urut 2 dan Anies-Sandiaga mendapatkan nomor urut 3. Tempo/Dian Triyuli Handoko
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menilai pernyataan lawannya, Anies Baswedan, yang ingin memecat dirinya dari jabatan gubernur, kurang tepat dipakai sebagai kiasan.
”Sebetulnya Anies enggak ngerti, dipecat itu kan kata kiasan, bukan arti yang betul,” kata Ahok saat ditemui di Pantai Mutiara, Jakarta Utara, Jumat 31 Maret 2017.
Ahok menjelaskan, pihak yang bisa memecat seorang kepala daerah adalah Menteri Dalam Negeri dan Presiden.
Ia mengaku pernah hampir dipecat saat anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI mencoba melakukan upaya pemakzulan terhadap dirinya melalui kasus uninterruptible power supply atau UPS.
”Yang mecat saya itu kalau di-impeachment (pemakzulan), kayak dulu DPRD kasus UPS dulu. Itu baru mau pecat, itu pun mesti sampai ke MA, sampai ke Presiden. Ternyata juga gagal mecat gue tuh DPRD waktu itu,” ujarnya.
Pernyataan Anies Baswedan disampaikan menjawab pertanyaan presenter Najwa Shihab dalam acara Debat Kandidat di Metro TV, pekan lalu.
Najwa menjelaskan persepsi banyak orang tentang kepemimpinan Anies yang santun sehingga membuatnya tampak tidak tegas dan tak berani memecat anak buah.
”Tidak mungkin memecat anak buah? Sekarang saja saya sedang berusaha memberhentikan Pak Basuki dari gubernur. Jadi bagaimana kita enggak berani (pecat), apalagi anak buahnya, gubernurnya aja mau diberhentiin,” jawab Anies.