Tiga pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta, Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni, Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat, serta Anies Baswedan dan Sandiaga Uno menunjukan nomor urut saat rapat pleno pengundian nomor urut calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI di Jakarta, 25 Oktober 2016. Pasangan Agus-Sylvi mendapatkan nomor urut 1, Ahok-Djarot mendapatkan nomor urut 2 dan Anies-Sandiaga mendapatkan nomor urut 3. Tempo/Dian Triyuli Handoko
TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (Denny) JA, Rully Akbar memprediksi akan terjadi gejolak kasus besar yang dimainkan masing-masing tim pemenangan pasangan calon pada Pilkada DKI Jakarta putaran kedua.
"Sekarang isu sepi, tapi dua minggu menjelang pemilihan saya rasa akan ada kasus besar," kata Rully sesaat setelah merilis hasil survei di kantornya pada Selasa, 21 Maret 2017.
Prediksi yang dilontarkan Rully ini tidak terlepas dari tuduhan Antasari Azhar bahwa Susilo Bambang Yudhoyono mengetahui pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen.
Kata Rully, pernyataan Antasari itu membuat pasangan Agus Yudhoyono-Sylviana Murni anjlok. Terlebih, sebelumnya Sylviana disebut-sebut tersangkut korupsi pembangunan masjid di kantor Wali Kota Jakarta Pusat dan dana hibah Kwartir Daerah Pramuka DKI Jakarta.
Berkaca dari manuver politik itu, Rully memprediksikan cara-cara yang sama akan dilakukan masing-masing tim pemenangan. Mereka diperkirakan akan melakukan serangan pada dua pekan jelang pencoblosan atau sepekan menjelang pemilihan.
Masing-masing tim pemenangan pasti memiliki senjata untuk berusaha menjatuhkan lawannya. Pasangan Ahok-Djarot masih berpotensi disebut-sebut terseret dengan kasus korupsi E-KTP.
Sedangkan pasangan Anies-Sandi bisa saja disebut korupsi proyek Frankfurt Book Fair. Isu ini masih bisa dimainkan lawan politik meski sudah dibantah oleh Ahok dan Anies.
Menurut dia, saat-saat terakhir biasanya masing-masing tim pemenangan pasangan calon akan memainkan isu. Ia belum secara pasti memprediksi siapa yang menang nanti. Kata dia, segala sesuatu bisa berubah dengan cepat. Terlebih saat ini, banyak isu yang dimainkan di media sosial.
Kata Rully 75,2 persen pengguna media sosial yang dia wawancarai mengaku tetap aktif memainkan isu pilkada meski sudah masuk masa tenang kampanye.
Sisanya hanya 11,5 persen pengguna media sosial yang tidak aktif soal pilkada saat masa tenang. Survei ini dilakukan terhadap 440 responden di Jakarta pada 27 Februari sampai 3 Maret 2017.
Menurut dia, isu-isu di media sosial cukup signifikan mempengaruhi pemilih. Apalagi saat ini jumlah pengguna media sosial semakin banyak. Kata dia, lebih tinggi tingkat ekonomi dan pendidikan masyarakat, semakin besar peluang mereka menggunakan media sosial.
Sebelumnya, pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno disebut lebih disukai pengguna media sosial atau menang tipis dibanding dengan pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat.
"Secara keseluruhan, di antara para pengguna media sosial Facebook, Twitter, dan Instagram pasangan Anies-Sandi unggul dibanding pasangan Ahok-Djarot," ujar Rully.
Pasangan Anies-Sandi unggul 46,20 persen dibanding pasangan Ahok-Djarot yang hanya mendapat dukukungan 43,10 persen.
Dari 440 responden, sebanyak 58,90 persen mengaku menggunakan media sosial, di antaranya Facebook, Twitter, dan Instagram. Sisanya 40,50 persen responden mengaku tak menggunakan media sosial.