Sudarsih, anak almarhum Hindun, 77 tahun, warga Karet, Setiabudi menceritakan kronologis ibunya tidak disalati warga setempat karena saat Pilkada DKI lalu memilih pasangan Ahok / Djarot di Jakarta, 11 Maret 2017. Tempo/Avit Hidayat
TEMPO.CO, Jakarta - Calon Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, meminta semua pihak menghentikan polemik terkait dengan kasus almarhumah Hindun. Anies mengimbau semua pihak tak lagi memperkeruh suasana.
"Jadi kita semua jalankan ini sebagai kewajiban kepada jenazah. Tidak ada urusannya sama politik, dan jangan disatukan. Bahaya," ucap Anies, Senin, 13 Maret 2017.
Anies berujar, jika tidak ada yang mau menyalati, dia yang akan turun tangan sendiri. Ketika dia mendengar kabar bahwa menantu Hindun harus menandatangani deklarasi dukungan kepada pasangan Anies-Sandiaga, dia menuturkan hal tersebut merupakan isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) serta berbahaya.
"Jangan sampai gitu, kita enggak boleh ada pemaksaan, enggak boleh. Jadi kita semua jalankan ini sebagai kewajiban kepada jenazah," tuturnya.
Sebelumnya, polemik kasus Hindun ini telah tersebar luas. Keluarga Hindun menuding pengurus Musala Al-Mu'min di Karet tak mau menyalati jenazah Hindun karena merupakan pendukung pasangan Ahok-Djarot.
Namun warga sekitar dan pengurus musala menolak tudingan tersebut. Mereka menyebutkan Hindun tak disalati di musala karena pertimbangan waktu dan cuaca.
Anies menginginkan pemilihan kepala daerah DKI Jakarta berjalan dengan damai dan adil. Dia mengimbau masyarakat tidak memainkan isu SARA. "Ditulisnya sebagian-sebagian, lalu ada framing, janganlah. Kita ingin pilkada yang damai, dan jangan mulainya dengan ancaman," tuturnya.