Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Agus Harimurti Yudhoyono-Slyviana Murni, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno berfoto selfie dengan moderator Alfito Deannova di akhir debat ketiga Pilkada DKI Jakarta di Jakarta, 10 Februari 2017. TEMPO/Maria Fransisca
TEMPO.CO, Jakarta - Jajak pendapat yang dilakukan Media Survei Nasional (Median) menyimpulkan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno unggul dengan tingkat elektabilitas 46,3 persen.
Untuk pasangan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok-Djarot Syaiful Hidayat, tingkat elektabilitasnya sekitar 39,7 persen dan sisanya sekitar 14 persen adalah masyarakat yang belum menentukan pilihan.
"Anies Baswedan-Sandiaga Uno unggul sementara dengan margin sekitar 6 persen," ujar Rico Marbun, Direktur Eksekutif Median, Senin, 6 Maret 2017.
Survei Median dilakukan pada 21-27 Februari 2017 dengan mewawancarai 800 responden.
Rico menjelaskan banyak yang memilih Anies-Sandi karena faktor politik identitas, diluar politik. Politik identitas yang dimaksud dikarenakan sekitar 55,9 persen responden yang memilih Anies-Sandi dikarenakan faktor seagama, tren 'yang penting jangan Ahok', dan ingin pemimpin yang baru.
"Pemilih Anies-Sandi didominasi oleh sentimen suasana non-kandidat atau situasi di luar kandidat," ujar Rico.
Peningkatan elektabilitas Anies-Sandi pada putaran kedua dikarenakan warga yang memilih Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni mengalihkan pilihannya ke pasangan calon nomor urut tiga tersebut. Dari 800 responden, tercatat 13 persen yang memilih Agus-Sylvi pada putaran pertama.
"Dari 100 persen pemilih Agus-Sylvi di putaran pertama, ada 10 persen memilih Ahok-Djarot, 35 persen memilih Anies-Sandi dan 55 persen undecided diputaran kedua," ujar Rico.
Selain itu, 53 persen warga yang memilih Anies-Sandi karena seagama dan tren 'yang penting jangan Ahok'. Hal ini disebabkan tingginya pencintraan negative terhadap Basuki-Djarot.
"Tone negative terhadap Ahok-Djarot masih tinggi yaitu 65,7 persen," kata Rico. Tone negative tersebut didominasi oleh sikap Ahok yang tidak bisa menjaga kata-kata dan penista agama.