Ketua umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, diapit oleh pasangan bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan-Sandiaga Uno mencoblos surat suara usai memberikan sambutan di depan ribuan kader saat rapat kader Gerindra di Jakarta, 8 Januari 2017. Dalam sambutannya, Prabowo meminta para kader bekerja keras untuk memenangkan Anies - Sandi. TEMPO/M Iqbal Ichsan
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya Ferry Juliantono menuding Presiden Joko Widodo tidak bersikap netral dalam pemilihan kepala daerah DKI 2017. Dia menilai Presiden Jokowi cenderung mendukung pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat.
"Sangat tidak netral. Pak Jokowi pasti lebih nyaman kalau yang nanti menang pilkada namanya Ahok," kata Ferry di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu, 21 Januari 2017.
Selain ada sosok Jokowi, Ferry menganggap ada konglomerasi yang berada di belakang pasangan calon kepala daerah inkumben itu. Menurut dia, hal itu terbukti sewaktu Ahok masih aktif menjabat Gubernur DKI. Saat itu, Ahok sering membuat kebijakan yang menguntungkan perusahaan properti, khususnya soal reklamasi.
Dia berujar, ada sejumlah bukti dalam persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi beberapa waktu lalu yang menunjukkan ada hubungan tak terpisahkan antara Ahok dan perusahaan properti seperti Agung Podomoro dan Agung Sedayu. Ia juga melihat hubungan itu terintegrasi dengan Presiden Jokowi, yang merupakan mantan Gubernur DKI.
"Saya melihat perusahaan properti itu ingin Ahok jadi gubernur karena harus mengamankan proyek reklamasi yang sudah telanjur diinvestasikan dengan nilai sangat besar," ujar anggota tim pemenangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno itu.
Ia juga beranggapan, proyek reklamasi tidak menguntungkan pribumi. Jadi, tutur dia, pasangan yang didukungnya sudah jelas akan menolak reklamasi, dan menjadikan masalah tersebut sebagai isu utama yang didorong dalam kontestasi pilkada.