Pengamat: Pilkada Serentak Salah Kaprah  

Rabu, 9 Desember 2015 23:02 WIB

Saksi ahli Effendi Gazali (dua kiri) bersama Hamdi Muluk ( kanan) saat berikan penjelasan usai mendengarkan pembacaan sidang keputusan PilPres di Mahkamah Konstitusi, Jakarta (23/01) Dalam sidang tersebut Mahkamah Konstitusi memutuskan Pemilu 2019 dilaksanakan serentak antara pileg dan pilpres. TEMPO/Dasril Roszandi

TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Hamdi Muluk, mengatakan pemerintah telah salah kaprah memahami putusan Mahkamah Konstitusi tentang pelaksanaan pemilihan umum secara serentak. Sebagai pemohon gugatan, menurut dia, MK memerintahkan pelaksanaan pemilihan umum serentak bukan secara administrasi seperti yang dilakukan Kementerian Dalam Negeri dan Komisi Pemilihan Umum dalam pemilihan kepala daerah serentak 2015.

"Serentak artinya pemilihan eksekutif dan legislatif dilakukan bersamaan, bukan justru seluruh pilkada daerah diadakan bareng," kata Hamdi saat dihubungi, Rabu, 9 Desember 2015. "Agar terjadi coattail effect, eksekutif yang terpilih disokong kekuatan di legislatif."

Pilkada serentak saat ini, menurut Hamdi, sama sekali tak menciptakan coattail effect karena pemilihan kepala daerah dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai legislatif tetap berbeda. Hal ini sekaligus membantah klaim pemerintah pelaksanaan pilkada serentak lebih hemat. Pasalnya, suatu daerah tetap harus menggelontorkan dana ganda akibat dua pelaksanaan pemilihan yaitu pilkada dan pemilihan legislatif.

Menurut Hamdi, semangat yang dibangun dari uji materi dengan putusan pilkada serentak adalah menciptakan pemerintahan yang lebih kuat dan solid. Para pemohon ingin politik pemerintahan lebih stabil karena eksekutif dapat ditopang kekuatan di legislatif.

"Praktek serentak saat ini menyalahi seluruh konsep akademis tentang pemilihan," katanya.

Toh, Hamdi mengatakan pelaksanaan putusan MK secara ideal berimplikasi pada perubahan Undang-Undang Dasar 1945 yang memungkinkan seluruh pemilihan diadakan secara bersamaan. Proses tersebut akan memakan waktu yang lebih panjang. Hal sederhana yang mungkin bisa mendekati konsep serentak versi MK adalah pelaksanaan pilkada seluruh eksekutif di suatu provinsi secara bersamaan.

"Jadi, bisa dimulai dengan pemilihan gubernur hingga bupati dan wali kota dilakukan bersamaan," kata Hamdi. "Saat ini, ada daerah yang pilkada provinsi dan kabupatennya berbeda dua tahun. Artinya tetap ada dua kali pelaksanaan pemilihan."

FRANSISCO ROSARIANS

Berita terkait

Viral Perumahan Mewah di Atas Mal Thamrin City, Aturannya?

29 Juni 2019

Viral Perumahan Mewah di Atas Mal Thamrin City, Aturannya?

Thamrin City di Jakarta Pusat, rupanya bukan hanya tempat pusat belanja atau mal tapi di atas atapnya terdapat kompleks perumahan mewah dua lantai.

Baca Selengkapnya

Crane Ambruk di Kali Sentiong, Lurah Kebun Kosong: Ada Ganti Rugi

6 Desember 2018

Crane Ambruk di Kali Sentiong, Lurah Kebun Kosong: Ada Ganti Rugi

Lurah Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat, Samsul Ma'arif, mengatakan korban crane ambruk bakal memperoleh ganti rugi dari kontraktor.

Baca Selengkapnya

Kebakaran di Matraman Tadi Pagi, 28 Rumah Ludes

13 Agustus 2018

Kebakaran di Matraman Tadi Pagi, 28 Rumah Ludes

Petugas hingga saat ini pun belum bisa memperkirakan berapa jumlah kerugian akibat kebakaran tersebut.

Baca Selengkapnya

Kebakaran di Matraman, 21 Mobil Pemadam Dikerahkan

13 Agustus 2018

Kebakaran di Matraman, 21 Mobil Pemadam Dikerahkan

Hingga berita ini diturunkan petugas masih mengatasi kebakaran itu dan belum ada laporan tentang korban jiwa.

Baca Selengkapnya

Menjelang Asian Games, Sandiaga Uno Stop Produksi Tempe Kali Item

26 Juli 2018

Menjelang Asian Games, Sandiaga Uno Stop Produksi Tempe Kali Item

Sandiaga Uno mengatakan menjelang perhelatan Asian Games 2018 pihaknya segera menghentikan proses produksi tempe di sekitar Kali Item.

Baca Selengkapnya

Indonesia Segera Kedatangan Dua Giant Panda dari Cina  

22 September 2017

Indonesia Segera Kedatangan Dua Giant Panda dari Cina  

Indonesia segera kedatangan dua ekor giant panda (Ailuropoda melanoleuca) langsung dari Cina.

Baca Selengkapnya

Ini Tuntutan Massa Pengepung Kantor LBH

18 September 2017

Ini Tuntutan Massa Pengepung Kantor LBH

Massa menuntut masuk ke dalam gedung LBH. Tawaran dari polisi tak dihiraukan.

Baca Selengkapnya

Seminar Sejarah 1965 Dibubarkan, Kantor YLBHI Dikepung Malam Ini

17 September 2017

Seminar Sejarah 1965 Dibubarkan, Kantor YLBHI Dikepung Malam Ini

Kantor YLBHI dikepung massa yang mengancam akan membubarkan acara Asik-Asik yang digagas pasca pembubaran Seminar Sejarah 1965.

Baca Selengkapnya

WALHI: Pembubaran Seminar Sejarah 1965 Mengancam Demokrasi

17 September 2017

WALHI: Pembubaran Seminar Sejarah 1965 Mengancam Demokrasi

WALHI turut bersuara atas tindakan Kepolisian membubarkan seminar Sejarah 1965 yang diselenggarakan oleh Lembaga Bantuan Hukum Jakarta.

Baca Selengkapnya

Pembubaran Seminar Sejarah 1965, Polisi Disebut Pakai Gaya Orba

17 September 2017

Pembubaran Seminar Sejarah 1965, Polisi Disebut Pakai Gaya Orba

olemik pembubaran seminar Sejarah 1965 masih terus berlangsung.

Baca Selengkapnya