Cemas Golkar Jeblok di Pilkada, Efek Kasus 'Papa Minta Saham'?  

Reporter

Selasa, 8 Desember 2015 20:04 WIB

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Setya Novanto berjalan keluar ruangan seusai menjalani sidang etik Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, 7 Desember 2015. Menurut pernyataan anggota MKD asal Fraksi Demokrat Guntur Sasono, Setya Novanto membantah keterangan pengadu, Menteri ESDM Sudirman Said, dan juga saksi yakni Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin. TEMPO/Dhemas Reviyanto

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan (PSPK) Universitas Padjadjaran Muradi menilai kemarahan masyarakat atas ketidakpekaan Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) dalam kasus Setya Novanto masih berlanjut. “Setelah MKD dianggap 'masuk angin', kampanye menolak pasangan calon yang diusung Partai Golkar dalam pilkada serentak menguat di media sosial,” ujarnya dalam keterangan rilis yang diterima Tempo, Selasa, 8 Desember 2015.

Penolakan pasangan calon tersebut, menurut Muradi, merupakan rangkaian kemarahan publik atas sikap sejumlah elite politik Golkar yang tidak kunjung bersikap. Golkar dan MKD dianggap lamban dan mencoba mencari celah untuk keluar dari tekanan publik. “Tidak ada upaya untuk melakukan langkah-langkah perbaikan guna meredakan kemarahan publik,” ucapnya.

Muradi mengatakan kampanye penolakan pasangan calon yang diusung Golkar tidak boleh dianggap remeh. Terlebih di daerah yang menyelenggarakan pemilihan umum kepala daerah serentak yang tingkat melek media dan Internet-nya tinggi. Sebab, ujar Muradi, hampir dipastikan hal itu akan mengubah konstelasi dan pemenang perhelatan kontrak politik lima tahunan itu.

Penggunaan jejaring sosial, menurut Muradi, justru akan menyasar dua strata pemilih, yaitu pemilih pemula dan berbasis kelas menengah, baik secara ekonomi maupun politik. Dua strata pemilih itulah yang dikenal tingkat melek media dan informasinya tinggi. Jika dua strata pemilih tersebut tidak mendapatkan pasangan calon alternatif di luar yang diusung Golkar, hal itu akan berdampak buruk. “Kemungkinan besar akan memilih menjadi golput,” tuturnya.

Muradi menilai penting bagi Golkar untuk tidak menganggap remeh kampanye penolakan tersebut karena bisa menjadi titik lemah bagi proses pemenangan. Apalagi jika banyak partai lain memanfaatkan celah tersebut untuk menjatuhkan pasangan calon dari Golkar dengan memanfaatkan kasus Ketua DPR Setya Novanto.

DANANG FIRMANTO

Berita terkait

Gibran Hadiri Halalbihalal Golkar Solo

9 hari lalu

Gibran Hadiri Halalbihalal Golkar Solo

"Ya semuanya teman, halalbihalal yo ditekani kabeh (ya didatangi semua)," ujar Gibran.

Baca Selengkapnya

Momen Idul Fitri Keluarga Jokowi ke Medan: Buat Amankan Peluang Bobby Nasution?

20 hari lalu

Momen Idul Fitri Keluarga Jokowi ke Medan: Buat Amankan Peluang Bobby Nasution?

Setelah hari pertama Idul Fitri di Jakarta, Jokowi terbang ke Medan untuk merayakan hari ke-2 Lebaran. Buat amankan tiket Bobby Nasution ke Pilgub?

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Pilkada 2024 Jadi Batu Loncatan Golkar untuk Pemilu 2029

28 hari lalu

Pengamat Sebut Pilkada 2024 Jadi Batu Loncatan Golkar untuk Pemilu 2029

Ujang pun menyampaikan bahwa para tokoh itu memiliki modal yang cukup untuk dikatakan sebagai calon unggulan di Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Airlangga Klaim Didukung Seluruh DPD untuk Jadi Ketum Golkar Lagi

29 hari lalu

Airlangga Klaim Didukung Seluruh DPD untuk Jadi Ketum Golkar Lagi

Menurut Airlangga, dukungan dari ormas merupakan salah satu kunci agar dirinya dapat kembali terpilih untuk menjadi Ketua Umum Partai Golkar.

Baca Selengkapnya

Airlangga Bicara Peluang Aklamasi Pemilihan Ketua Umum di Munas Golkar

29 hari lalu

Airlangga Bicara Peluang Aklamasi Pemilihan Ketua Umum di Munas Golkar

Airlangga menyatakan dukungan itu merupakan amanah yang harus dijaga.

Baca Selengkapnya

Airlangga Targetkan Partai Golkar Menang 60 Persen di Pilkada 2024

30 hari lalu

Airlangga Targetkan Partai Golkar Menang 60 Persen di Pilkada 2024

Ketua Umum Golkar menargetkan partainya mampu menang lebih dari 50 persen dalam kontestasi Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Disebut Sempat Ingin Rebut Kursi Ketua Umum PDIP, Apa Tanggapan Presiden Jokowi?

33 hari lalu

Disebut Sempat Ingin Rebut Kursi Ketua Umum PDIP, Apa Tanggapan Presiden Jokowi?

Presiden Jokowi membantah dirinya sempat ingin merebut posisi Ketua Umum Partai Golkar maupun Ketua Umum PDI Perjuangan.

Baca Selengkapnya

Prabowo Ingin Bentuk Kepemimpinan Kolegial Terdiri dari Para Sahabat

38 hari lalu

Prabowo Ingin Bentuk Kepemimpinan Kolegial Terdiri dari Para Sahabat

Menurut Prabowo, keinginan itu bisa dilakukan bila ada dukungan untuk memberi nasihat. Prabowo meminta Golkar mendukungnya membangun pemerintahan.

Baca Selengkapnya

Prabowo Sebut Golkar Punya Peran Besar di Pilpres 2024

38 hari lalu

Prabowo Sebut Golkar Punya Peran Besar di Pilpres 2024

Prabowo meminta maaf karena belum sempat mendatangi semua kader-kader Golkar di daerah dalam tahapan kampanye pemilu.

Baca Selengkapnya

Partai Golkar Menang di Sumut, Peran Musa Rajekshah Disorot

45 hari lalu

Partai Golkar Menang di Sumut, Peran Musa Rajekshah Disorot

Partai Golkar dan kadernya mengambil langkah tepat memilih Ijeck

Baca Selengkapnya