Kampanye Pilkada 2020 di Medsos Disebut Rentan dengan 9 Risiko

Reporter

Friski Riana

Editor

Amirullah

Minggu, 22 November 2020 14:26 WIB

Pekerja merapikan kotak suara untuk Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) Kota Tangerang Selatan di Kantor Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Selasa, 17 November 2020. Pilkada Kota Tangerang Selatan 2020 diikuti tiga pasang calon Wali kota dan Wakil Wali kota. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal

TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi atau Perludem, Mahardika, mengatakan ada sembilan risiko kampanye di media sosial yang rentan terjadi di Pilkada 2020. "Kami mengidentifikasi 9 risiko prioritas yang kami nilai rentan terjadi di Pilkada 2020," kata Mahardika dalam webinar, Ahad, 22 November 2020.

Risiko pertama adalah soal hoaks, berita palsu dan disinformasi yang bertujuan menurunkan integritas dan kredibilitas. Kedua, misinformasi atau informasi keliru yang kadang berkaitan dengan legitimasi penyelenggara pemilu.

Risiko ketiga, perlaku nonautentik yang terkoordinasi (CIB), yaitu menggunakan akun anonim yang terkoordinasi untuk menyesatkan pengguna platform. "Seringkali melalui konten atau clickbait, atau pendengung," katanya.

Risiko keempat, kampanye hitam yang tidak menyasar pada kebijakan visi misi tapi menjatuhkan reputasi seseorang atau personalnya. Kelima, penggunaan bot atau sistem yang mensimulasikan manusia yang berkaitan dengan CIB, untuk mengarahkan topik yang sedang tren.

Risiko keenam, influencers maupun pendengung atau buzzer yang mendorong topik atau isu tertentu agar populer. Ketujuh, iklan kampanye di media sosial yang aliran dana kampanyenya tidak transparan.

Advertising
Advertising

"Kita bisa lihat spending iklan kampanye kandidt di platform itu besar, tapi ketika dicek di dana ampanye yang dilaporkan di KPU tidak bisa mencuplik realita yang sudah terjadi di medsos," ujar Mahardika.

Risiko kedelapan adalah promosi atmosfer polarisasi yang mendorong politik identitas. Dan risiko kesembilan adalah penggunaan akun palsu atau anonim.

Temuan 9 risiko kampanye di media sosial ini merupakan hasil kajian Perludem, Saraswati, dan Centre for Humanitarian Dialogue (HD) sejak September-Oktober 2020. Mereka melakukan penilaian secara kualitatif berdasarkan hasil wawancara dan diskusi dengan dua indikator, yaitu kemungkinan untuk diatasi melalui kebijakan atau inisiatif, dan bagaimana pengaruh terhadap kredibilitas dan kualitas demokrasi.

Berita terkait

Cerita TikToker Awbimax Ditawari Jadi Buzzer Bea Cukai, Patok Harga Rp100 Juta

1 hari lalu

Cerita TikToker Awbimax Ditawari Jadi Buzzer Bea Cukai, Patok Harga Rp100 Juta

Tiktokers @awbimax atau Bima viral mengakui ditawari menjadi buzzer Bea Cukai.

Baca Selengkapnya

Viral TikTokers Bima Unggah Penawaran jadi Buzzer Bea Cukai, Begini Tanggapan Bea Cukai

1 hari lalu

Viral TikTokers Bima Unggah Penawaran jadi Buzzer Bea Cukai, Begini Tanggapan Bea Cukai

Bima tidak ingin menjadi pembohong karena harus berbicara testimoninya tentang Bea Cukai menggunakan skrip yang dibuat oleh agensi.

Baca Selengkapnya

Pendukung Sambangi Rumah Anies Baswedan Buntut Undangan Halalbihalal Hoaks

1 hari lalu

Pendukung Sambangi Rumah Anies Baswedan Buntut Undangan Halalbihalal Hoaks

Pendukung menyambangi rumah Anies di Lebak Bulus, Ahad, 5 Mei 2024. Mereka melihat undangan halalbihalal dari pesan berantai yang ternyata hoaks

Baca Selengkapnya

CekFakta #257 Hoaks Deepfake Menipu Konsumen dan Mengancam Bisnis

11 hari lalu

CekFakta #257 Hoaks Deepfake Menipu Konsumen dan Mengancam Bisnis

Deepfake, kini semakin mudah dibuat dan semakin sulit dikenali. Dampak yang ditimbulkan oleh penipuan deepfake pun, tidak main-main.

Baca Selengkapnya

Beredar Ada Gas di Wilayah IKN, Jubir Otorita Ingatkan Masyarakat Waspadai Hoaks

31 hari lalu

Beredar Ada Gas di Wilayah IKN, Jubir Otorita Ingatkan Masyarakat Waspadai Hoaks

Jubir OIKN sebut video viral soal kandungan gas di wilayah IKN adalah hoaks.

Baca Selengkapnya

Sumardji Pastikan Isu Hotel Timnas Indonesia Diserang Kembang Api Hoaks

43 hari lalu

Sumardji Pastikan Isu Hotel Timnas Indonesia Diserang Kembang Api Hoaks

Ketua BTN Sumardji menduga kembang api yang muncul di dekat lokasi Timnas Indonesia latihan berasal dari pesta rakyat setempat.

Baca Selengkapnya

CekFakta #252 Menyelami Kontroversi Hasil Pencarian TikTok dalam Menyebarkan Hoaks

45 hari lalu

CekFakta #252 Menyelami Kontroversi Hasil Pencarian TikTok dalam Menyebarkan Hoaks

TikTok disorot sebagai sarang penyebaran misinformasi maupun disinformasi.

Baca Selengkapnya

Apresiasi MK Hapus Pidana Berita Bohong, ICJR: Jaminan Hak Kebebasan Berekspresi dan Berpendapat

46 hari lalu

Apresiasi MK Hapus Pidana Berita Bohong, ICJR: Jaminan Hak Kebebasan Berekspresi dan Berpendapat

Institute for Criminal Justice Reform (ICJR) mengapresiasi putusan Mahkamah Konstitusi yang menghapus pidana berita bohong.

Baca Selengkapnya

MK Hapus Pasal Keonaran dan Berita Bohong, Fatia Maulidiyanti: Pasal Ini Hukumannya Berat

47 hari lalu

MK Hapus Pasal Keonaran dan Berita Bohong, Fatia Maulidiyanti: Pasal Ini Hukumannya Berat

Ketua AJI Indonesia Sasmito Madrim mengatakan putusan MK yang menghapus pasal 14 dan 15 UU 1 Tahun 1946 merupakan angin segar bagi jurnalis.

Baca Selengkapnya

Guru Besar UGM Diteror Berulang Kali Usai Petisi Bulaksumur dan Kampus Menggugat, Prof Koentjoro: Saya Tidak Pernah Takut

49 hari lalu

Guru Besar UGM Diteror Berulang Kali Usai Petisi Bulaksumur dan Kampus Menggugat, Prof Koentjoro: Saya Tidak Pernah Takut

Prof Koentjoro Guru Besar UGM dapat teror berulang kali usai aksi Petisi Bulaksumur dan Kampus Menggugat. "Saya tidak pernah takut," katanya.

Baca Selengkapnya