TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta memastikan Pemilihan Kepala Daerah Ibu Kota akan berlangsung dua putaran. Hal tersebut dikarenakan ketiga calon tidak memenuhi suara 50 persen lebih sesuai yang diatur dalam undang-undang nomor 29 tahun 2007 tentang Pemerintahan DKI.
Saat ini dua pasangan calon yang lolos putaran kedua yaitu Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno mulai mengatur strategi untuk meraup suara lebih banyak dari suara yang sebelumnya ke pasangan Agus Yudhoyono-Sylviana Murni.
Dosen Ilmu Politik Universitas Airlangga, Hari Fitrianto, menganalisa suara pemilih Agus-Silvy kemungkinan besar akan berpindah ke kubu Anies-Sandiaga.
“Hal itu karena semangat yang dibangun kedua kubu dalam melawan incumbent itu hampir sama,” kata Hari saat dihubungi Tempo, Jumat 17 Februari 2017.
Hari mengatakan, kubu Agus-Silvy dan Anies-Sandiaga tersebut sama-sama memainkan isu islam untuk mendegradasi pasangan inkumben. Mulai dari gerakan kekuatan islam yang ditujukan ke Susilo Bambang Yudoyono (SBY) hingga agenda Anis-Sandiaga yang berkunjung memaparkan visi misi di depan ketua FPI, Muhammad Rizieq Syihab, dan jemaahnya.
“Karena bagi kedua kubu hal tersebut paling efektif untuk melawan Ahok,” kata Hari.
Pada putaran kedua, Hari menambahkan, seringkali angka golput akan lebih tinggi dibanding putaran pertama. Hal itu dikarenakan waktu kampanye yang diberikan kepada setiap calon tidak banyak, sehingga kesempatan untuk membujuk dan memaparkan visi misi kepada masyarakat juga terbatas.
Oleh karena itu, perlu cara yang strategis bagi kubu Ahok-Djarot dan Anies-Sandiaga untuk merebut suara Agus-Silvy. Hari mengatakan, membentuk simbol dukungan dari partai yang mengusung pasangan Agus-Silvy akan membantu dalam perpindahan suara.
“Kalau kedua kubu yang bersaing diputaran kedua mampu membujuk partai kubu Agus-Silvy mengeluarkan statement dukungan, itu akan sangat bagus,” ujar Hari.
Sedangkan terkait isu-isu politik yang sempat memanas di media sosial menjelang Pilkada, Hari mengatakan, isu tersebut akan cenderung mereda. “Saya yakin kalau di putaran kedua, black campaign tidak akan semasif diputaran pertama,” tutup Hari.
JAYANTARA MAHAYU