TEMPO.CO, Jakarta - Survei lembaga Indikator Politik Indonesia menunjukkan penurunan jumlah pemilih yang belum memutuskan, alias pemilih bimbang dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017.
"Itu hal natural menjelang hari H (hari pencoblosan serentak). Jumlah mereka mengecil dari survei kami bulan lalu," ujar Direktur Eksekutif Indikator Burhanuddin Muhtadi, saat merilis survei terbaru lembaganya di Cikini, Jakarta Pusat, Jumat, 10 Februari 2017.
Baca juga: Survei Indikator Temukan Debat Jadi Penentu Ahok dan Anies
Dalam survei Indikator yang digelar pada 2 hingga 8 Februari 2017 itu, angka pemilih bimbang sebesar 6,15 persen. Jumlah itu menurun jauh dari survei Indikator pada Januari 2017, yaitu sebesar 14,4 persen.
Burhanuddin mengaku tak bisa memprediksi arah pilihan para pemilih bimbang tersebut. Begitu juga mengenai demografinya. "Kami tak tahu arah mereka itu tak bisa dianalis," kata dia.
Dalam survei yang menggunakan metode tatap muka terhadap 621 responden itu, pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat mengungguli dua pasangan calon lainnya.
Indikator Politik, kali ini menggunakan metode 'stratified systematic' dimana angka kesalahannya (error) lebih rendah dibandingkan sampling acak yang umum diterapkan lembaga survei. "Karena kali ini kami sudah memegang data daftar pemilih tetap (DPT) DKI," ujar Burhanuddin.
Dalam survei, elektabilitas Basuki alias Ahok, mencapai 39 persen. Angka itu meningkat dari survei Indikator pada Januari 2017 lalu. Saat itu Ahok juga memegang posisi teratas dengan 38,2 persen.
Adapun elektabilitas pasangan calon nomor urut tiga, yaitu Anies Baswedan-Sandiaga Uno meningkat drastis dari 23,8 persen pada Januari 2017, menjadi 35,4 persen.
"Ada satu pola menarik di mana elektabilitas Ahok tertinggi, tapi secara statistik tak jauh berbeda dari Anies Baswedan yang dapat momentum," ujar Burhanuddin.
Simak juga: LSI Denny JA : Pemilih Golput Pilkada DKI di Atas 30 Persen
Adapun angka elektabilitas pasangan Agus Harimurti Yodhoyono-Sylviana Murni pada survei itu hanya 19,4 persen, berbeda dari hasil bulan lalu yang masih mencapai 23,6 persen.
Menurut Burhanuddin, kesempatan Agus menang atau menuju Pilgub DKI putaran kedua kecil, jika tak mampu menarik kembali animo masyarakat. Dia pun dinilai harus meraih dukungan dari para pemilih bimbang.
"Mau tak mau kalau Agus ingin membalikkan keadaan, tak bisa hanya merebut yang 6 persen (pemilih bimbang) saja. Harus ada penetrasi elektoral," ucapnya.
YOHANES PASKALIS