TEMPO.CO, Jakarta - Calon Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, mengisahkan masa-masa kecilnya saat tinggal di Yogyakarta. Pada saat bersekoah di SMP 5 Yogyakarta, dia mengisahkan, dia pernah menjadi pembawa berita duka cita di sekolah bersama seorang temannya.
”Orang kalau lihat wajah kita, wajah kematian, dulu hampir setiap dua minggu sekali, saya dan dua teman saya bawa pengumuman dan kresek ke kelas-kelas untuk mengumumkan berita duka cita dan mengumpulkan uang,” ujar Anies dalam peluncuran buku biografinya, Ketika Anies Baswedan Memimpin: Menggerakkan, Menginspirasi di Jakarta, Jumat, 3 Februari 2017.
Anies menuturkan, pada saat SMP, ia menjadi pengurus OSIS dan bertugas sebagai orang yang mengumumkan duka. “Kami ini adalah petugas OSIS paling rendah dan enggak dianggap, kami petugas rendahan,” tuturnya.
Walau menjadi petugas yang tidak dianggap di sekolah, banyak hal positif yang dapat dipelajari Anies saat ia mengumumkan berita duka. “Tapi, di antara semua (petugas OSIS), kami bertiga yang memiliki pengalaman public speaking,” katanya.
Pada awal menjadi petugas, dia membawa kertas pengumuman dan merasa gugup di hadapan siswa lainnya. Lambat laun Anies dapat berbicara di depan banyak orang tanpa harus membawa catatan. “Awalnya bawa kertas dredek (grogi), lama-lama bisa bicara,” ucap Anies.
Selain bisa berbicara di depan umum, Anies mengatakan ia mendapatkan ilmu bernegosiasi. Awalnya dia dapat bernegosiasi dari meminjam catatan kepada teman sekelasnya. “Kalau saya keliling buat menyampaikan pengumuman, bisa setengah hari, jadi suka ketinggalan pelajaran. Dan teman saya pada bilang, habis berita duka, Anies pasti nyilih (meminjam) catetan,” ujar Anies.
CHITRA PARAMAESTI