TEMPO.CO, Jakarta - Calon Gubernur DKI Jakarta inkumben, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, mengaku tidak khawatir jika elektabilitasnya menurun dengan status tersangka kasus dugaan penistaan agama yang kini disandangnya. "Enggak (khawatir)," kata Ahok seusai blusukan di Pondok Kopi, Jakarta Timur, Kamis, 17 November 2016.
Ahok mengaku lebih baik dihukum dan dipenjara ketimbang harus memilih mundur dari pencalonannya dalam pemilihan kepala daerah DKI 2017. Dia menyatakan tidak pernah takut bila orang-orang tidak memilihnya lagi sebagai Gubernur DKI periode 2017-2022.
Menurut Ahok, minimal warga Jakarta punya hati nurani untuk melihat kerja kerasnya selama ini. Bahkan, ucap dia, orang seperti office boy dan penjaga keamanan di Balai Kota juga bisa menceritakan seperti apa dia ketika bekerja. "Kamu kira satpam-satpam kami tidak bisa cerita? Terus kami sering datang. Orang masyarakat bisa cerita saya ini pekerja keras atau bukan. Hasilnya kayak apa," ujarnya.
Ahok pun mencontohkan hasil kepemimpinannya di sektor kebersihan dengan menunjuk saluran air di Pondok Kopi yang bening. Dibanding dulu, tutur Ahok, air saluran itu kini bersih dan bagus. Melalui contoh itu, Ahok meyakini akan terpilih kembali jika warga Jakarta mau menilainya berdasarkan kinerja. "Kita tunggu saja tanggal 15 Februari," tuturnya.
Ahok resmi ditetapkan sebagai tersangka setelah Badan Reserse Kriminal Kepolisian menyampaikan hasil gelar perkara terhadap sejumlah saksi ahli yang didatangkan. Ia diduga menistakan agama Islam lantaran ucapannya yang mengutip Surat Al-Maidah ayat 51 di Kepulauan Seribu pada akhir September 2016. Video ucapannya itu tersebar di media sosial dan memancing amarah sekelompok organisasi massa Islam. Puncaknya, mereka menggelar aksi unjuk rasa besar-besaran dan menuntut polisi mengusut kasus tersebut.
Sebelum adanya demo, elektabilitas Ahok dan pasangannya, Djarot Saiful Hidayat, tercatat terus menurun. Seperti yang dilaporkan Lembaga Survei Sinergi Data Indonesia, elektabilitas Ahok-Djarot kini pada angka 35,23 persen. Pada Februari lalu, pasangan ini memiliki elektabilitas 39 persen.
Meski demikian, Direktur Lembaga Survei Sinergi Data Indonesia Barkah Pattimahu mengatakan elektabilitas Basuki-Djarot masih tetap paling tinggi dibandingkan dengan dua pasangan calon lain, yakni Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni dengan 17,04 persen dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno 20,23 persen.
FRISKI RIANA