TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu), Muhammad, punya cara dalam mengimbau agar pengawas pemilu pada pemilihan kepada daerah serentak nanti dapat netral. Yakni lewat kisah pribadinya. Hal itu ia sampaikan dalam pembukaan rapat koordinasi di Hotel Royal Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu, 14 November 2015.
"Saya mau cerita sedikit. Pada saat menjelang pemilihan presiden karena daftar pemilihan saya di Makassar, saya ke Makassar untuk memilih, bersama istri," kata dia di hadapan peserta rapat. Saat di pesawat, istrinya bertanya, siapa calon presiden pilihannya.
"Wah, saya bilang saya tidak bisa beritahu," ujarnya. Sang istri lalu membujuk lagi dan mengatakan belum tentu akan mengikuti pilihan suaminya itu. Istrinya hanya ingin tahu, siapa sosok calon Presiden yang dikehendaki Muhammad.
"Saya bilang, kamu jangan lupa, sekarang ini suami kamu komisioner Bawaslu. Saya harus jadi pemilih berintegritas," ujarnya. Setelah berhasil meyakinkan istrinya, Muhammad juga mendapat pertanyaan yang sama dari mertuanya. "Maka dengan santun saya mohon maaf untuk tidak menjawab."
Sambil bercanda, ia mengatakan, sang istri sempat mengatakan bahwa jawaban Muhammad sudah tidak seindah yang dulu. Lolos dari perspektif pemilu, istrinya lalu memilih pendekatan agama. Bahwa, ia ingin menjadi istri yang salehah. Yakni, mengikuti suami.
"Saya jawab, kali ini saya izinkan kamu untuk tidak salehah," ujarnya membuat peserta rapat terbahak. Ia mengaku, sampai selesai pemilu saat itu, istrinya tidak mengetahui pilihan calonnya. "Mudah-mudahan ada manfaatnya. Bahwa kita tidak boleh menunjukkan keberpihakan kita sebagai pengawas pemilu," kata dia.
Pemilihan kepala daerah serentak akan diselengarakan pada 9 Desember 2015. Ada 269 daerah yang menyelenggarakan pemilu ini, terdiri dari 9 provinsi dan 224 kabupaten, juga 36 kota.
REZKI ALVIONITASARI