TEMPO.CO, Surabaya - Ini adalah mimpi yang terpenggal dari berakhirnya pemerintahan Wali Kota Tri Rismaharini di Surabaya per 28 September 2015: sebuah kampung nelayan yang bersih, produktif, serta menarik wisatawan di kawasan Kenjeran.
Mimpi itu telah dirintis lewat pembangunan jalan atau jembatan Kenjeran. Proyeksinya, jembatan itu menjadi bagian dari sebuah perkampungan nelayan bertaraf internasional. Tapi, sekalipun internasional, tetap menjadi ciri khas dan bagian dari sejarah Kota Surabaya.
“Kampung itu harus bersih dan karakter lokalnya masih melekat,” kata Risma dalam perbincangan dengan Tempo di Hotel Shangri-la, Senin 9 November 2015. “Targetnya,” dia menambahkan, “Masyarakat di kampung nelayan itu bisa mendapatkan income yang lebih banyak dari sebelumnya.”
Risma yang kini masih berada dalam lintasan pacu untuk bisa kembali menjadi wali kota Surabaya periode 2015-2020 itu--dalam pilkada serentak--menjelaskan kalau konsep kampung nelayan telah dirancang jauh sebelumnya. Kampung itu, kata dia, akan memadukan pengalaman kampung nelayan yang ada di Belanda atau Jerman di Eropa dan Jepang atau Korea di Asia.
Kampung nelayan di negara-negara tersebut dilengkapi sentra pasar ikan yang menjadi tempat jual beli hasil tangkapan para nelayan. “Semua tempatnya itu bersih,” ujarnya.
Selain itu, kampung nelayan di Belanda juga berfungsi sebagai tempat wisata, adapun yang di Jepang dan Korea teramatinya lebih produktif. “Kalau di Surabaya saya akan campur, sehingga ada wisata dan produktivitasnya,” kata dia.
Pakar tata kota dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Profesor Johan Silas, menekankan tiga syarat untuk sebuah kampung nelayan yang ideal. Ketiganya adalah, harus ada masyarakat nelayan, harus ada tempat untuk merawat kapal dan jalanya, serta harus ada tempat untuk mengelola hasil tangkapan nelayan. “Yang paling penting juga kebersihan kampung nelayan itu,” kata dia.
Apabila tiga syarat itu bisa dipenuhi, Silas menjamin, Kenjeran yang saat ini terkesan kumuh bisa menjadi ikon baru wisata kuliner pantai di Kota Surabaya. “Sehingga secara otomatis akan menambahkan income masyarakat sekitarnya.”
Ditemui terpisah, Abdul Rouf, satu warga asli Kenjeran, menghargai adanya cita-cita dari Risma ataupun Pemerintah Kota Surabaya menata ulang daerah pesisir Kenjeran. Dia berharap rencana itu tidak berhenti sebagai artikel di media. “Proses pembangunan infrastrukturnya seperti jalan juga harus dipercepat, bukan malah berlarut-larut dan tidak selesai-selesai,” kata dia.
MOHAMMAD SYARRAFAH