TEMPO.CO, Jakarta - Calon Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyayangkan sejumlah cerita berbentuk ancaman terhadap masyarakat yang menolak mensalati jenasah yang mendukung pemimpin non-Muslim.
“Aksi mengancam bisa menghasilkan reaksi mengancam pula. Menjawab ancaman dengan ancaman seperti ini, walau atas inisiatif pribadi secara independen, bisa membuat suasana jadi makin tidak sehat,” kata Anies dalam siaran tertulisnya yang diterima Tempo, Sabtu, 11 Maret 2017.
Baca: Tolak Salatkan Pemilih Ahok, Al-Jihad: Bukan Soal Politik
Anies mengatakan, ancaman telah membuat warga DKI Jakarta memberikan suara tidak murni. Mereka, kata Anies, memberi suara karena rasa takut dan pada akhirnya memilih bukan karena harapan perubahan.
Anies menegaskan, partai pengusung dan relawan pendukungnya tidak pernah membuat spanduk ancaman. “Juga tidak menganjurkan ancaman tersebut,” ujar Anies. Karena itu, Anies meminta agar masyarakat tetap menunaikan seluruh ketentuan hukum dan kewajiban terhadap jenasah.
Anies mengimbau masyarakat agar menurunkan spanduk ancaman penolakan salat jenasah. “Semua ini harus segera dihentikan,” ujar Anies.
Kepada seluruh relawan pendukung pasangan nomor tiga itu, Anies meminta agar turun tangan bersama warga dan para tokoh atau ulama, dan terlibat langsung membantu apabila ada yang mengalami kesulitan dalam pengurusan jenasah bagi yang memerlukan.
Anies mengingatkan kehidupan Jakarta tetap akan berlangsung setelah pemilihan calon Gubernur DKI putaran dua pada 19 April 2017. “Persahabatan, persaudaraan, pertetanggaan dan kerja sama masih harus terus berlanjut,” kata Anies.
Baca juga: GP Ansor DKI Siap Salatkan Jenazah yang Ditolak Terkait Pilkada
Pengurus Masjid Al-Jihad, Kelurahan Karet, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Pusat, membuat kebijakan melarang mensalati jenazah orang yang mendukung terdakwa kasus penistaan agama. Mereka membentangkan spanduk bertuliskan “Masjid Ini Tidak Mensholatkan Jenazah Pendukung & Pembela Penista Agama”.
Spanduk itu dibentangkan di depan serta sisi kiri dan kanan masjid. Mereka memasang itu sejak Selasa malam, 21 Februari 2017. Sehari kemudian, spanduk itu viral setelah seseorang mengunggahnya di media sosial. Unggahan itu menimbulkan pro-kontra.
Belakangan beredar desas-desus warga Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, tidak mau mensalatkan salah jenasah Siti Rohbaniah, 80 tahun, di Masjid Jami Darussalam. Alasannya, Siti diduga mendukung calon gubernur penista agama. Namun, desas-desus tersebut dibantah pengurus Rukun Warga setempat.
FRISKI RIANA