TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti melihat pertarungan putaran kedua pemilihan kepala daerah DKI Jakarta 2017 bukan lagi mempersoalkan program dan visi-misi. “Tapi, putaran kedua ini putaran bagi pertarungan simbol agama,” kata Ray di kantor Formappi, Jakarta Pusat, Kamis, 2 Maret 2017.
Ray mengungkapkan, hasil penghitungan suara pada putaran pertama rupanya di luar dugaan dan menunjukkan bahwa pilkada DKI bersifat dinamis. Misal, Ray mencontohkan, suara pasangan calon nomor satu Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni yang menurut survei berada di angka 30 persen, nyatanya hanya mendapat separuhnya saat pemilihan.
Baca: Pengamat: Agus-Syilvi & Anies-Sandi Punya Basis Pemiloh Sama
Sedangkan pasangan calon inkumben Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat yang sempat anjlok, berhasil meraih suara hingga 42 persen. Di sisi lain, pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno yang awalnya terlihat stagnan, suaranya melejit dan hanya selisih ketat dengan Ahok.
Selain menunjukkan pilkada yang dinamis, Ray melihat bahwa hasil tersebut sekaligus mematahkan sejumlah asumsi yang terbangun. Salah satunya, Ray menyebutkan, asumsi mengenai banyaknya pemilih yang rasional, masyarakat yang fokus pada program, hingga asumsi bahwa isu agama akan lebih unggul.
“Ternyata banyak asumsi yang berguguran di pilkada DKI, melihat peta perolehan suara yang terjadi saat itu,” kata Ray. Meski begitu, Ray mengatakan, isu agama menjadi dominan. Menurut dia, perpindahan suara dari Agus ke Anies mengindikasikan kuatnya asosiasi agama dalam preferensi pemilih.
Baca juga: Pilkada DKI, Pakar: Ahok Perlu Belajar Bicara Eufemisme
Pasalnya, jika isu program dan visi-misi yang dominan, mestinya Ahok unggul. Tetapi, kata Ray, suara Ahok hanya berselisih sekitar 2-3 persen dengan Anies. “Hakikatnya enggak terlalu banyak juga kalau orang lebih tertarik pada visi-misi,” ucap Ray.
FRISKI RIANA