TEMPO.CO, Tangerang - Ketua PDI Perjuanga Kota Tangerang Hendri Zein menyatakan telah menerima surat teguran keras dari pengurus pusat partainya akibat pernyaaannya mengenai Partai Komunis Indonesia (PKI).
“Sudah saya terima (surat), ya sikap saya biasa saja,” kata Hendri kepada Tempo, Kamis, 9 Februari 2017.
Menurut Hendri, dirinya tidak perlu menyurati balik DPP PDIP. “Dalam partai tidak ada korespondensi surat-menyurat, karena partai bukan metodologi seperti keluarga yang kalau salah minta maaf, tapi jalani saja dan sebagai upaya perbaikan,” ujar Hendri.
Baca: Rano Karno Lawan Anak Atut dalam Pilkada Banten
Sebagai kader dan petugas partai, Hendri berjanji menaati aturan partai dan menyikapi teguran keras bernada ancaman itu dengan menjalankan konsekuensinya.
Melalui surat tertanggal 7 Februari 2017 yang ditandatangani Ketua Komarudin Watubun dan Sekretaris Jenderal Hasto Kristanto, DPP PDIP memperingatkan dengan keras atas konferensi pers yang digelar Hendri tanpa koordinasi dengan PDI-P Banten. Hendri juga dituding tidak pernah menghadiri rapat internal terkait pemenangan pasangan calon Gubernur Banten Rano Karno dan Embay Mulya Syarief.
Dalam surat itu, Hendri diancam dipecat jika tak mengindahkan peringatan keras DPP PDI-P.
Baca juga: Ribka Tjiptaning Dituduh PKI, PDIP Tuntut Dandim Minta Maaf
Sebelumnya, Rabu, 8 Februari, Hendri mengatakan kepada Tempo bahwa dirinya bersemangat membela partai berlambang banteng bermoncong putih itu. “Tidak ada ideologi komunis di dalam tubuh PDIP, partai ini berasaskan Pancasila dan UUD 1945,” ucap Hendri.
Menurut Hendri, isu komunisme selalu diembuskan dalam setiap perhelatan Pilkada, bahkan pada Pilpres 2014 Jokowi juga disebut-sebut anak PKI. “Janganlah anak bangsa ini dihadap-hadapkan, jangan karena takut bersaing kemudian mengembuskan isu itu (komunisme),” ujar Hendri.
Hendri juga mengatakan, pihaknya tidak mengingkari bahwa secara personal anggota PDIP, seperti Ribka Tjiptaning, berani mengakui ayahnya PKI. “Mungkin, saat itu Ning (Ribka Tjiptaning) belum lahir, tapi bukan kemudian dia menularkan ideologi itu (komunisme).”
Pernyataan Hendri tersebut menanggapi lontaran implisit pasangan calon Gubenur nomor urut satu, Wahidin Halim, bahwa dirinya bersama calon wakilnya, Andika Hazrumy, adalah pasangan anti komunis. “Berarti yang memilih nomor satu bukan partai komunis. Itu penggiringan opini dan dikuatkan dengan postingan di media sosial,” ucap Hendri.
Pembelaan Hendri tadi seperti meninju angin. Hendri malah mendapat surat teguran dan peringatan keras dari partainya.
AYU CIPTA