TEMPO.CO, Jakarta - Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jakarta, Betty Epsilon Idroos, mengatakan lembaganya belum menerima keluhan dari masyarakat ihwal survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI). Betty mengatakan, masyarakat bisa melapor ke KPU Jakarta jika ada lembaga survei yang dinilai tak valid dalam mengolah data.
Jika diperlukan, kata Betty, lembaganya bisa membentuk dewan kode etik untuk menelusuri metode survei dan sumber dana yang dipakai. “Metodeloginya harus jelas, yang memberikan sumbangan dana juga harus jelas,” kata Betty, Rabu, 18 Januari 2017.
Menurut Betty, lembaga survei yang terafiliasi dengan pasangan calon bisa mempublikasikan hasil surveinya dengan syarat transparan dalam menyebut sumber dana. Jika ditemukan kesalahan metode, KPU Jakarta akan merekomendasikan sanksi kepada asosiasi yang menaungi lembaga survei tersebut.
“Nyawa dari lembaga survei itu kan kepercayaan masyarakat. Jadi, kalau kredibelitasnya sudah jatuh, sulit untuk mendapatkan kepercayaan lagi,” ujar Betty. Sebelumnya, Ketua Dewan Pimpinan Daerah Gerindra Jakarta, Muhammad Taufik, meminta KPU Jakarta memverifiasi hasil sigi LSI yang dirilis pada Selasa, 17 Januari 2017.
Taufik menduga lembaga survei tersebut terafiliasi oleh pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni. “Lingkaran Survei kan memang lembaga surveinya Agus. Jadi di survei mereka Anies-Sandiaga enggak pernah menang,” ujar Taufik kepada Tempo, Rabu, 18 Januari 2017.
Dalam survei LSI bentukan Denny J.A. yang digelar pada 5-11 Januari 2017 itu, pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno berada di posisi paling buncit dengan angka 21,4 persen. LSI memperkirakan pasangan itu akan tersingkir di putaran pertama karena selalu di posisi buncit dalam enam kali survei oleh enam lembaga.
Anies-Sandi, kata survei itu, mendapat dukungan 21,4 persen, jauh di bawah pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dengan 32,6 persen dan pasangan Agus Harimurti-Sylviana Murni sebesar 36,7 persen.
Pasangan Anies-Sandiaga dalam survei LSI selalu ada di posisi terbawah dalam enam kali survei sejak November 2016. Taufik mengatakan, metodelogi yang dipakai oleh LSI perlu dicek untuk mengetahui apakah hasil survei tersebut valid atau tidak. “Hasil survei internal dengan survei LSI amatlah berbeda,” ujar Taufik.
Taufik menyebut dalam survei internal, Anies-Sani berada di posisi teratas. Tapi, dia belum mau menyebut persentasenya. "Jangan masyarakat dibohongi kalau mau menang-menang di survei lah. Masak lembaga survei bertentangan dengan rakyat," kata Taufik.
Peneliti LSI, Adjie Alfaraby, membantah lembaganya terafiliasi oleh pasangan calon nomor urut satu itu. “Kami pakai dana sendiri,” kata Adjie. Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional Eddy Soeparno tak menjawab apakah pasangan yang diusung partainya menggunakan jasa LSI. “Yang paling penting kan metodeloginya. Terafiliasinya atau tidaknya menjadi hal yang kedua,” ujar Eddy.
DEVY ERNIS