TEMPO.CO, Jakarta - Calon Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, mengaku tidak pernah membayangkan terbebas dari komentar bernada sinis di media sosial ketika dia maju dalam pemilihan kepala daerah DKI 2017 bersama Sandiaga Uno.
"Saya dan Sandi tidak pernah membayangkan akan bebas dari kenyinyiran. Jadi enggak kaget," kata Anies saat ditemui di kediamannya, Jalan Lebak Bulus II Dalam, Jakarta Selatan, Rabu, 7 Desember 2016.
Anies mengungkapkan, dia akan membalas komentar yang bersifat substansial, manakala kala orang berbicara tentang substansi. Tapi jika komentar kritis yang tak lagi dalam koridor substansial, Anies menganggap orang itu telah kehabisan stok kritik yang membangun. "Kami sih tidak pernah menjawabnya sinis. Santai saja," tuturnya.
Menurut Anies, komentar sinis atau hal yang termasuk dalam negativitas, tidak hanya terjadi di era media sosial seperti saat ini. Calon urut nomor tiga itu mengilustrasikan penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika pada 1955. Penyelenggaraan KAA waktu itu dikritik habis-habisan dalam sebuah pemberitaan di surat kabar.
Presiden Sukarno dan Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo dianggap menghamburkan uang rakyat, karena mendatangkan perwakilan dari 29 negara ke Bandung, Jawa Barat. Anies berujar, jika saat itu Indonesia memilih mundur dan membatalkan kegiatan tersebut, "Indonesia enggak jadi bikin sejarah," katanya. "Negativitas bukan barang baru."
FRISKI RIANA