TEMPO.CO, Jakarta - Menjadi calon pemimpin Jakarta rupanya mempunyai tantangan tersendiri bagi Anies Bawesdan. Bukan hanya butuh kekuatan fisik untuk blusukan, tapi juga tebal kuping. "Saya diisukan kawin lagi," kata Anies di hadapan ibu-ibu kelompok majelis taklim Nariyah dan Choirunisa di Kelurahan Kramat Pela, Senin, 5 Desember 2016.
Berawal dari pilkada Jakarta yang kesulitan cari lawan untuk Ahok, Anies mengisahkan, jika di tempat lain orang berebut untuk menandingi inkumben, tapi anomali untuk Jakarta. "Semua tahu Pak Basuki (Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok) kuat luar biasa. Kalau kuatnya seperti itu, buat apa dilawan? Untuk apa ikut kampanye? Pasti kalah," kata Anies.
Anies pun berandai-andai, jika 20 tahun lagi anaknya bertanya, "Abah, dulu tahun 2016, Abah dipanggil, diminta jadi calon gubernur, terus kenapa Abah bilang enggak mau?" kata Anies.
Anies bimbang harus menjawab apa terhadap pertanyaan itu. Anies mengaku tidak mungkin menjawab, "Abahmu tidak mau repot, tidak mau nanti dimusuhi orang, tidak mau difitnah, ingin jalannya yang enak." Atas dasar itu, ketika ada partai yang menawarinya menjadi calon gubernur, Anies menjawab, "Bismillah, saya ambil. Doakan saya supaya bisa amanah."
Ternyata saat kampanye, kata Anies, dia merasa difitnah luar biasa. Istrinya di rumah, kata dia, juga kaget karena mendengar suaminya diisukan berbuat macam-macam, dari penganut Syiah, liberal, komunis, Wahabi, dan kawin lagi. "Insya Allah, pilkada ini kita jalani dengan benar. Pilkada bukan hanya mengganti gubernur yang ada, tapi kita juga mengubah Jakarta menjadi kota milik bersama," ucap Anies.
MARIA FRANSISCA