TEMPO.CO, Jakarta - Program subsidi pemerintah berbentuk bantuan uang kepada penduduk miskin menjadi salah satu topik kampanye di Pilkada DKI Jakarta. Calon Gubernur Agus Harimurti Yudhoyono yang menebarkan janji itu. Program ini diperkirakan mirip Bantuan Langsung Tunai, program yang sudah beberapa kali berganti nama dan diluncurkan era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, ayah Agus.
BLT pertama kali diserahkan pada 2005. Pemerintah mengeluarkan kebijakan mensubsidi langsung keluarga kurang mampu sebesar Rp 100 ribu tiap bulan. Saat itu, pemerintah turut menaikkan harga BBM.
Agus Harimurti Yudhoyono:
Ketika berpidato pada acara tatap muka di Gelanggang Remaja Jakarta Utara pada 13 November 2016, calon gubernur bernomor urut satu ini menegaskan akan memberikan bantuan langsung sementara kepada masyarakat miskin. Selain bantuan langsung, ia juga berjanji akan memberikan bantuan modal kepada pengusaha kecil.
"Saya yakin, jika program ini dijalankan secara tepat sasasaran, kemiskinan dapat kita turunkan dari 3,75 persen menjadi 2,75 persen pada lima tahun mendatang," katanya seperti dikutip dari demokrat.or.id. Di sana disebutkan Agus akan menyerahkan Rp 5 juta per tahun kepada tiap keluarga miskin.
Apakah benar program bantuan tunai yang dijanjikan Agus akan mampu mengurangi kemiskinan warga Jakarta ?
Faktanya:
Data Badan Pusat Statistik (BPS) yang bisa dilihat dari situs bps.go.id menyebutkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di DKI Jakarta sebelum ada BLT, persisnya pada 2004, berada di angka 14,70 persen. Penurunan pengangguran baru menunjukan hasil pada 2006 menjadi 11,40 persen.
Setahun kemudian, tahun 2007 ketika BLT dihentikan prosentase angka pengangguran kembali naik menjadi 12,57 persen. Pada Juli 2008 BLT kembali digulirkan. BPS mencatat selama setahun setelah BLT kembali digulirkan persentase angka pengangguran turun menjadi 12,15 persen.
Lalu apakah BLT mempengaruhi tingkat kemiskinan warga Jakarta? Ternyata, hasilnya kurang memuaskan. Jumlah penduduk miskin Jakarta terus saja bertambah, meski sempat terjadi pengurangan.
Masih merujuk data BPS, penduduk miskin Jakarta pada 2004 berjumlah 277 ribu. Ketika BLT diterapkan pertama kali pada 2005, penduduk miskin tidak juga berkurang. Pada 2005 jumlah penduduk miskin malah bertambah menjadi 316 ribu orang.
Jumlah penduduk miskin Jakarta kembali naik pada 2006 menjadi 407 ribu orang. Namun pada 2007 sempat menurun, namun hanya di angka 406 ribu orang.
Angka penduduk miskin Jakarta berhasil turun pada 2008 mencapai 380 ribu orang. Jumlahnya kembali menurun pada 2009 menjadi 323 ribu orang. Namun tetap saja, jumlah penduduk miskin Jakarta terus bertambah.
Baca referensi:
Pemerintah Memilih Salurkan Bansos Nontunai
Agus Siapkan Bantuan Miliaran Rupiah Jika Jadi Gubernur
Angka Kemiskinan 2007 Dituduh Direkayasa
Evan/PDAT Sumber Diolah BPS