TEMPO.CO, Jakarta - Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta inkumben Djarot Saiful Hidayat tidak mempedulikan berbagai bentuk penolakan yang diterima, baik terhadap dirinya maupun pasangannya, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Namun Djarot menyayangkan sikap sekelompok masyarakat yang tidak terbuka.
"Enggak, biar saja. Sebab, penolakan itu kan bener ya, enggak boleh. Bukan pembelajaran demokrasi yang baik. Harusnya kita saling menghormati dan menghargai sesama kandidat," kata Djarot saat blusukan ke kawasan Cakung Timur, Jakarta Timur, Ahad, 13 November 2016.
Selama ini, Ahok-Djarot kerap mendapatkan penolakan saat tengah blusukan di beberapa daerah. Padahal setiap pasangan calon berhak untuk menyampaikan visi dan misi kepada masyarakat menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2017.
Baca:
Kampanye di Cakung Timur, Djarot Hadiri Pernikahan Warga
Marak Spanduk Tolak Ahok, Bawaslu: Langsung Kami Turunkan
Ahok Ditolak Kampanye, Surya Paloh: Saya Sedih
Penolakan pernah terjadi saat Ahok tengah blusukan ke kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Saat itu, sekelompok masyarakat sempat berusaha menerobos pengamanan dan mengejar Ahok. Akibatnya, Ahok pun dievakuasi dengan angkutan umum.
Tak hanya Ahok, Djarot juga pernah mengalami kejadian serupa. Saat itu, Djarot tengah blusukan ke kawasan Kembangan, Jakarta Barat, beberapa waktu lalu. Namun situasi sempat dingin karena Djarot menemui langsung masyarakat yang menolak dia dengan cara berdiskusi.
Meskipun begitu, Djarot mengaku tidak ambil pusing. Pasalnya, tim pemenangannya punya banyak strategi. Menurut Djarot, banyak media yang bisa digunakan sebagai sarana untuk berkampanye. Misalnya, langsung mendatangi masyarakat yang membutuhkan.
"Bisa langsung datangi masyarakat, bisa adakan pertemuan terbatas, konsolidasi masing-masing partai, serta koordinir relawan," kata Djarot.
LARISSA HUDA