TEMPO.CO, Jakarta – Calon wakil gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, menghadiri pernikahan Ade Setiawan dan Novi Rahmawati yang merupakan warga Kelurahan Cakung Timur, Jakarta Timur.
Dengan mengenakan kemeja kotak-kotak, Djarot tiba pada Minggu, 13 November 2016, sekitar pukul 12.00 WIB didampingi istrinya, Happy Farida.
Sesaat setelah tiba, Djarot menyalami kedua mempelai yang tengah berbahagia. Dalam kunjungannya itu, Djarot mendapatkan aduan dari ketua rukun tetangga setempat. Djarot pun mengaku bersyukur bisa ke kawasan yang masih belum tersentuh dengan baik oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
"Kami justru berterima kasih, kami jadi tahu permasalahan di sini," kata Djarot.
Dia mendapati banyak aset milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang terbengkalai, misalnya saja lahan seluas 5.000 meter persegi yang belum dipergunakan dengan baik. "Padahal lahan itu bisa dibangun untuk lapangan futsal, voli, dan taman yang bagus," ujar Djarot.
Selain itu, lahan terbengkalai itu bisa digunakan untuk membangun tempat ibadah, seperti masjid, gereja, dan ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA).
Djarot pun sempat prihatin dengan gedung karang taruna yang dijadikan tempat hajatan warga Cakung Timur itu. Kondisi gedung rapuh dan tua.
"Aset pemda banyak tapi kurang termanfaatkan, nanti kami akan manfaatkan secara maksimal termasuk pembenahan gedung karang taruna, biar bisa dimanfaatkan warga," katanya.
Djarot juga menerima pengaduan soal banjir. Ia langsung menengok saluran air dan empang yang ternyata tidak bekerja dengan baik. Kepada warga setempat, Djarot berjanji akan membenahinya.
Saat kampanye, Djarot singgah ke salah satu penjual umbi-umbian. Puluhan kilogram umbi jenis singkong dan ubi dijejerkan di kios milik Marzuki. Karena singkong dan ubi jadi makanan kesukaannya, Djarot pun membeli sekitar lima kilogram umbi-umbian itu.
"Wah, bagus-bagus ini. Semakin lama disimpan, semakin enak ini. Berapa harganya sekilo, Pak?" tanya Djarot kepada Marzuki.
Harga singkong dan ubi itu tidak sama. Untuk singkong asal Bandung dijual Marzuki seharga Rp 5.000 per kilogram. Sedangkan, ubi merah yang dipilih Djarot harganya Rp 7.000 per kilogram. Djarot membeli tiga kilogram singkong dan dua kilogram ubi. Totalnya, Rp 29 ribu.
Lewat ajudannya, Djarot menyerahkan dua lembar uang pecahan Rp 50 ribu. Sesaat akan meninggalkan kios itu, Djarot sempat meminta satu kilogram bengkoang. "Kembaliannya buat Bapak saja," kata Djarot.
Selain singkong, Djarot juga singgah ke sebuah warung nasi. Saat melihat kerupuk peyek menggantung, Djarot langsung meminta penjaga warung untuk membungkus seluruh dagangan peyek itu ke dalam plastik. Tanpa diketahui jumlahnya, total harga peyek yang dibeli Djarot Rp 24 ribu.
LARISSA HUDA