TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengaku sengaja menyembunyikan beberapa agenda blusukannya selama memasuki masa kampanye pemilihan kepala daerah (pilkada) 2017. Meski begitu, ia menampik kabar bahwa agendanya itu dirahasiakan lantaran khawatir mendapat sejumlah ancaman.
Menurut Ahok, cara blusukan secara sembunyi-sembunyi itu sudah ia lakoni dengan meniru gaya kampanye saat ia maju dalam pilkada 2012 bersama Joko Widodo. Karena itu, ia tidak akan mengikuti titik kampanye yang disarankan partai politik yang mengusungnya.
"Enggak dirahasiakan juga. Kenapa kami tidak mau mengikuti titik-titik oleh partai? Karena, kata Pak Jokowi, sewaktu kami tahun 2012, kalo saya datang ikuti arahan partai, bisa aja partai mengarahkan ke tempat-tempat yang enggak ada masalah," kata Ahok di halaman Sekretariat RW 5, Petojo Utara, Jakarta Pusat, Selasa, 8 November 2016.
Ahok menuturkan kebanyakan partai politik mengarahkan agar berkampanye di wilayah konstituennya. Tapi dia lebih suka mengunjungi titik-titik berkumpul masyarakat yang mengadu dan mengeluhkan kondisi lingkungannya kepada Ahok.
"Makanya, saya lebih suka kasih tahu titiknya mana. Suka-suka saya jalan mau ke mana. Kayak tadi, mereka mau kiri ke kanan atau ke kanan? Enggak, aku mau ke kiri. Itu pelajaran dari Pak Jokowi waktu 2012," ujarnya.
Dalam setiap blusukannya itu, Ahok akan menanyakan masalah yang terjadi di area sekitar perumahan yang ia datangi. Tak lupa, Ahok akan membagikan secarik kartu nama yang ia pasang nomor telepon pribadinya. Dengan begitu, masyarakat bisa dengan mudah menghubungi Ahok.
"Terus cara menghitung orang (yang mengadu) bagaimana? Pake kartu nama. Satu boks isinya 100 lembar. Jadi, kalo kami habis 1 boks, ya, berarti 100 orang kami temui," ucapnya.
Beberapa kali blusukan ke kawasan perkampungan, Ahok kerap mendapatkan penolakan dari orang yang mengaku sebagai masyarakat setempat. Beberapa lokasi yang menolak Ahok saat blusukan di antaranya Kebon Jeruk, Jakarta Barat, dan Pejaten Timur, Jakarta Selatan. Bahkan Ahok beberapa kali membatalkan sejumlah agenda blusukan karena ancaman tersebut.
LARISSA HUDA