TEMPO.CO, Jakarta - Agus Harimurti di Kota Tua, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok di Sukabumi Utara. Ditemani istrinya, Agus melihat lukisan gubernur-gubernur Batavia di Museum Sejarah, sementara Ahok dikejar penduduk yang marah, Rabu, 2 November 2016.
Di museum, Agus dan Annisa Pohan mendengarkan penjelasan pemandu tur. Mereka diajak melihat koleksi lukisan ilustrasi pertempuran dan meja-kursi jati yang pernah digunakan untuk diskusi para petinggi kota di era 1700-an. Museum Sejarah adalah balai kota pada masa itu.
Beranjak ke Museum Wayang, Agus melihat ratusan koleksi wayang dari Surabaya, Yogyakarta, Lampung, Betawi, hingga Malaysia. "Kalau melihat di luar negeri, museum dan ruang terbuka publik selalu menjadi tujuan utama masyarakat. Kita juga harus begitu," ujar Agus. "Kondisi museum kita penerangannya minim dan tanpa AC. Bagaimana kalau orang kepanasan dan terserang heat stroke?"
Baca: Blusukan Ahok Ricuh, Djarot: Kalau Mau Tolak Saat Pemilihan
Agus dan Annisa berfoto dengan pengunjung Kota Tua dan para “manusia patung”, yang berdandan layaknya noni-noni Belanda, Sukarno, Gatotkaca, dan reog Ponorogo, serta beberapa kelompok pengamen. Keduanya ditemani Putu Supadma Rudana, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat yang juga Ketua Asosiasi Museum Indonesia.
Pada waktu yang tak berbeda, di Rawa Belong, Jakarta Barat, Ahok terpaksa menghindari amuk massa yang mencegatnya. Sejumlah orang datang berdemo dengan membentangkan poster "Tolak Dajal Ahok" dan "Hina Alquran=Mati" ketika ia blusukan ke sana. Mereka memburu Ahok sambil berteriak, "Kami warga asli! Kami menolak Ahok! Bunuh Ahok!"
Bersama ajudannya, Ahok menuju jalan raya. Ajudan menyetop angkutan Mikrolet 24 rute Pasar Kopro-Binus-Srengseng-Slipi. Tiga orang penumpang angkot diminta turun. Ahok dibawa ke kantor Kepolisian Sektor Kebon Jeruk. Ahok, yang berkemeja kotak-kotak, menuding orang yang menolaknya bukan penduduk asli.
Baca: Kampanye Dihadang Demonstran, Ahok Dievakuasi Pakai Angkot
"Saya kira ini mencederai demokrasi kita. Padahal masyarakat semua terima, kok. Masyarakat penduduk asli terima saya, kok," kata Ahok di Polsek Kebon Jeruk.
Sebelum kelompok penolak itu muncul, ia diterima oleh penduduk sana. Ia berfoto bersama warga, bahkan seorang ibu datang mendoakannya. "Hukum negara kita kan enggak bisa dipaksa, harus ada aturan. Aturan sudah disepakati, ya, sudah. Kalau kayak begini kan kasihan masyarakat, ketakutan dengar suara-suara begitu, teriak-teriak begitu," kata Ahok.
INDRI MAULIDAR | LARISSA HUDA
Simak Pula
Jawaban Maia Estianty Saat Ditanya Pengganti Ahmad Dhani
Sebab Ulah Penonton, Pernikahan Zaskia Gotik Terancam Gagal?