TEMPO.CO, Jakarta - Calon Gubernur DKI Jakarta inkumben, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, menengok warga yang tinggal di bantaran Kali Baru, kali penghubung dari Setu Babakan, Jakarta Selatan. Sesampainya di sana, Ahok mendapatkan keluhan dari masyarakat karena daerahnya selalu banjir setiap kali hujan lebat turun.
Air Kali Baru memang terlihat hampir rata dengan jalan depan rumah warga. Jadi, setiap hujan turun, air sudah tentu akan masuk rumah. "Apalagi kalau pintu air di Setu Babakan dibuka," ucap warga Kebagusan, Samali, 40 tahun, Senin, 31 Oktober 2016.
Mendengar keluhan itu, Ahok menyarankan warga bersedia untuk dipindahkan ke rumah susun. Ahok berujar, normalisasi kali tersebut akan memakan sebagian lahan. Ahok berjanji akan menyediakan kebutuhan lain, seperti Kartu Jakarta Pintar (KJP) dan akses Transjakarta secara gratis.
Namun, warga Kebagusan lain, Masain, 56 tahun, mengatakan tidak ingin dipindahkan ke rumah susun. Wanita yang sudah tinggal selama lebih dari 40 tahun di Kebagusan tersebut menuturkan sudah secara turun-temurun tinggal di sana. "Saya sudah tinggal di sini dari sepi sampai ramai. Masak, saya mau pindah," ujar Masain.
Samali juga meminta kepada Ahok agar rumahnya tidak digusur. Padahal jalan yang ada di samping rumahnya sudah sama tingginya dengan air yang ada kali. Menurut Samali, kali yang berada di samping rumahnya itu tidak pernah banjir sebelumnya.
"Pak, bisa enggak kalau rumah kami ini tidak perlu digusur. Bapak bisa keruk kalinya pakai alat berat. Sebab, ini bukan kali hidup, cuma terusan dari Setu Babakan," tutur Samali.
Ahok masih mempertimbangkan masukan Samali itu. Pasalnya, jika dikeruk, ia khawatir rumah sekitar bantaran kali akan ikut ambles. Menurut dia, salah satu caranya adalah memasang papan turap atau sheet pile. Selain itu, Ahok khawatir alat berat tidak bisa masuk karena jalannya yang relatif sempit.
LARISSA HUDA