TEMPO.CO, Yogyakarta - Bupati terpilih Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Suharsono, bertekad tak akan menjalankan politik dinasti pada masa pemerintahannya.
“Saya akan memutus kepemimpinan dinasti. Bantul jangan merupakan dinasti,” kata Suharsono seusai acara pelantikan tiga pasangan bupati dan wakilnya dari Sleman, Gunung Kidul, dan Bantul oleh Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X di Bangsal Kepatihan Yogyakarta, Rabu, 17 Februari 2016.
Caranya, menurut Suharsono, adalah mempersilakan siapapun menggantikannya setelah dia menyelesaikan tugas memimpin Bantul dalam satu periode. Dia juga tidak akan mencalonkan anaknya, istrinya, maupun keluarganya untuk menggantikannya kelak. “Saya akan membuat pakta integritas,” kata Suharsono.
Suharsono dan Wakil Bupati terpilih Abdul Halim Muslih yang memperoleh 261.412 suara pada pilkada Bantul pada Desember 2015, berhasil mendepak calon inkumben Sri Suryawidati dan pasangannya Misbakhul Munir yang hanya meraup suara 233.672.
Sebelumnya, Sri Suryawidati memenangkan pilkada Bantul, melanjutkan kepemimpinan suaminya, Idham Samawi, sebagai bupati selama dua periode. Berbekal pengalaman sebagai Ketua PKK Bantul selama suaminya menjabat sebagai bupati Bantul, Sri Suryawidati memimpin kabupaten ini hanya mampu selama satu periode (2010-2015) di bawah bayang-bayang nama besar suaminya yang juga menjabat Ketua Bidang Idiologi dan Kaderisasi Pengurus Pusat PDI Perjuangan.
Menjelang pilkada Desember 2015 itu, sempat hanya ada satu pasangan calon bupati, yakni Sri Suryawidati-Misbakhul Munir yang mengusung nama besar Idham Samawi. Tapi belakangan muncul kandidat lain, termasuk pasangan Suharsono-Abdul Halim Muslih yang diluar dugaan berhasil mendepak pasangan Sri Suryawidati-Misbakhul Munir.
Idham Samawi akhirnya menerima realitas ini. Menurut dia, Suharsono dapat menjalankan pemerintahan dengan baik. “Terbukti mereka diterima masyarakat Bantul,” kata mantan Bupati Bantul periode 1999-2004 dan 2005-2010.
PITO AGUSTIN RUDIANA