TEMPO.CO, Jakarta – Pemilihan kepala daerah serentak yang dilaksanakan pada Rabu, 9 Desember, masih belum diikuti partisipasi maksimal masyarakat. Hingga petang, Komisi Pemilihan Umum (KPU) mencatat, berdasarkan data 58 daerah dari total 264 daerah, tingkat partisipasi masyarakat belum mencapai target mereka.
"Dari yang masuk pusat data, dari 58 daerah, tingkat partisipasi masyarakat mencapai 73,22 persen. Ini masih di bawah target kami, yaitu 77 persen," ujar Arief Budiman, Komisioner KPU, saat ditemui di Hotel Borobudur, Rabu malam, 9 Desember 2015.
Tingkat partisipasi masyarakat untuk memilih, dipengaruhi aktivitas kampanye calon. Menurut Arief, kampanye pilkada tahun ini, memang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Salah satunya adalah pelarangan empat jenis kampanye, yaitu memakai alat peraga kampanye, debat kampanye, bahan kampanye, serta iklan di media cetak maupun elektronik.
Selain itu, semua calon, pada pilkada ini juga menggunakan dana kampanye dari pemerintah. Ferry Kurnia Rizkyansyah, Komisioner KPU yang lain, mengatakan hal tersebut dilakukan agar tiap calon memulai dari titik yang sama.
Ferry beranggapan tak ada pengaruh dari pengurangan jenis kampanye, terhadap partisipasi publik. "Kalau toh itu (partisipasi turun) ternyata karena alat peraga, ya tidak juga. Ini kan soal masyarakat, preferensi, dan perilaku pemilih," ujarnya.
Walau masih terpantau belum memenuhi target, KPU masih optimis tingkat partisipasi pemilih akan naik. Mereka menyebutkan walau sudah ada sistem perhitungan cepat (quick count), hal itu bukan hasil final. Apalagi menurut mereka, yang diolah baru dari 58 daerah. Untuk mendapat hasil pasti, harus menunggu hasil rekapitulasi paling cepat satu pekan setelah pemilihan.
Secara unum, Arif mengatakan penyelenggaraan pilkada serentak berjalan lancar. Hanya ada satu daerah, Kolaka Sulawesi Utara yang bermasalah. Surat suara yang ada, tak sebanyak pemilih yang hadir.
Walhasil, menurut Arif, beberapa pemilih belum melakukan pemilihan. "Saat menghitung data pemilihnya dengan menghitung surat suara ternyata kurang." Namun ia meyakinkan ini hanya terjadi di satu tempat pemungutan suara saja.
EGI ADYATAMA