TEMPO.CO, Jakarta -Calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyampaikan gagasan mengenai penyelesaian masalah pencemaran sungai Citarum. Bukan reboisasi atau pencanangan-pencanangan, tapi membenahi pendapatan masyarakat sekitar Gunung Windu dan Gunung Wayang.
"Selama masyarakat di sekitar Gunung Windu dan Gunung Wayang tidak di-clear-kan mata pencahariannya, maka tidak akan selesai," kata Dedi, yang juga Ketua Pengurus Partai Golkar Jawa Barat ini saat berkunjung ke Kantor Tempo, Selasa, 3 April 2018.
Sungai Citarum melintang sepanjang 300 kilometer dari Gunung Wayang, Bandung dan bermuara di Karawang. Di sungai terpanjang di Jawa Barat ini, ada tiga bendungan besar yakni Jatiluhur, Cirata dan Saguling. Lebih dari 500 pabrik besar berada di pinggirnya. Selain itu, Citarum disebut sebagai salah satu sungai paling tercemar di dunia.
Dedi menawarkan solusi mendirikan kampung-kampung adat untuk masyarakat sekitar hutan tersebut. "Bikin lanskap 40x40 lalu mereka digaji sebagai tenaga harian lepas Rp 1 juta per bulan," kata Bupati Purwakarta ini. "Itu di daerah aliran sungai."
Mereka kemudian diberi tugas menanam pohon dan merawat hutan. "Jadi dikapling saja, itu bukan dikasih, melainkan untuk dijaga," kata Dedi. Sementara untuk anak muda di sana, akan diberikan pendidikan pariwisata.
Dedi berpendapat selama ini masyarakat Gunung Windu dan Gunung Wayang hidup dari berkebun sayur mayur, seperti kentang dan kol. Lantaran tumbuh di daerah dingin, para pekebun kentang terus naik posisinya ke atas dan merambah gunung. Padahal, menurut Dedi, berdasarkan ajaran sunda, gunung dan hutan harus disakralkan dan tidak boleh dieksploitasi. "Kehidupan di tatar Sunda bergantung pada gunung. Kalau gunung dicabut, kehancuran akan terjadi."
Dia lantas mengutarakan salah satu solusi lain yang perlu dilakukan. Dedi merujuk pada konsep pembangunan Belanda, yakni membangun perkebunan teh di gunung-gunung sehingga masyarakat tak merambah hutan. Belanda juga membangun bendungan kecil yang dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik, serta membangun persawahan di sebelah utara. "Prinsip dasar itu kini diporak-porandakan," kata dia.
Masalah lain yang juga muncul dan harus dibenahi, adalah turunnya pendapatan dari perkebunan teh. Dedi menganggap itu bagian dari masalah yang harus dibenahi, yaitu melalui menajerialnya. Sebab, kerugian pada pendapatan di perkebunan teh, menjadikan masyarakat akan kehilangan mata pencaharian yang berujung pada perusakan ekosistem di selatan Jawa Barat.
Solusi berikutnya, kata dia, regulasi yang mewajibkan perumahan dan pabrik dibangun menghadap sungai, bukan membelakangi sungai. Dengan begitu, dia berharap masyarakat mau mengurus sungai. "Nanti tak boleh lagi ada toilet ke situ, harus menghadap sungai."
Namun Dedi mengatakan tetap membutuhkan keterlibatan kementerian terkait dan pemerintah provinsi dalam penyelesaian masalah Citarum. "Menteri Lingkungan Hidup, Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan, Menteri Pertanian, Menteri PUPR, yuk bareng-bareng cari solusi agar tak buang limbah ke sungai. Keputusannya di sana," ujar dia. "Karena Citarum adalah peradaban."
Dedi Mulyadi merupakan calon wakil gubernur Jawa Barat yang diusung Partai Golkar dan Partai Demokrat pada pemilihan kepala daerah serantak 2018 ini. Dia dipasangkan dengan Deddy Mizwar sebagai calon gubernur. Selian pasangan Dedy-Dedi, pemilihan tahun ini diikuti empat pasang calon Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum, Sudrajat-Ahmad Syaiku, Tubagus Hasanuddin-Anton Charlian.
CAESAR AKBAR