TEMPO.CO, Jakarta - Cyrus Network mengeluarkan survei pra-pemilihan kepala daerah Jawa Barat 2018. Hasilnya, pasangan calon yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP dan Gerindra menempati posisi terbawah secara elektabilitas. Executive Director Centre for Strategic and International Studies Philips J Vermonte mengatakan hasil survei itu sebagai sebuah ironi bagi kedua partai.
"Ini menurut saya menunjukkan ironi besar dari dua partai politik besar di Jawa Barat. Datang belakangan, tidak siap mencalonkan, kalah cepat dengan partai lain," katanya di Opah Mami Resto Jalan Warung Buncit Raya, Jakarta Selatan, Senin, 5 Februari 2018.
Pasangan T.B. Hasanudin-Anton Charliyan yang diusung PDIP hanya memperoleh poin 2,5 persen. Sedangkan Sudrajat-dan Ahmad Syaikhu yang diusung partai Gerindra, PKS dan PAN hanya memperoleh 5 persen.
Baca: Pilgub Jabar, Ridwan Kamil-Uu dan Deddy-Dedi Bersaing Ketat
Dua pasangan lain, Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul dan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi, unggul jauh. Masing-masing memperoleh poin 45,9 persen dan 40,9 persen. Philips melihat hal itu sebagai sebuah ironi lantaran elektabilitas kedua pasangan calon itu tidak sejalan dengan kekuatan jumlah kursi dari partai pengusung. PDIP punya kursi legislatif terbanyak di Jawa Barat, yakni 20 kursi. Sedangkan, Gerindra, PAN dan PKS jika ditotalkan memiliki 27 kursi.
Philips menilai baik PDIP maupun Gerindra tidak mempersiapkan calon dengan baik. Padahal, menurut dia, daerah pemilihan Jawa Barat merupakan pos strategis untuk kepentingan di pemilihan presiden 2019. "Posisi Jawa Barat sangat penting, 91 kursi di DPR berasal dari Jawa Barat," katanya.
Philips berujar rendahnya elektabilitas dua pasang calon itu menjadi pekerjaan rumah yang berat bagi kedua partai pendukung. Terlebih, merujuk dari survei Cyrus Network, suara pemilih PDIP dan Gerindra kebanyakan justru tak memilih calon yang diusung partai. "PR-nya berat sekali," katanya.
Simak: Pilgub Jabar, TB Hasanuddin Yakin Didukung Pondok Pesantren
Dari survei itu, 43 persen pemilih PDIP lebih memilih Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul dan 44 persen memilih Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi. Sedangkan yang memilih T.B. Hasanudin-Anton Charliyan hanya menyentuh angka 9,2 persen.
Adapun di Gerindra, 51 persen suara pemilihnya menghendaki Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul, 35,4 persen memilih Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi dan hanya 10,4 persen yang memilih Sudrajat-Ahmad Syaikhu.
Philips mengatakan bahwa hasil survei itu menjadi pelajaran penting bagi partai politik. Pelajaran yang dimaksudnya yaitu bahwa partai politik harus mempertimbangkan kekuatan figur dalam memutuskan kandidat calon. "Masyarakat itu tidak dengan serta merta, bahkan pendukung partai yang bersangkutan, setuju dengan pilihan yang diusung partai," katanya.
Lihat: Pilgub Jabar, TB Hasanuddin Perkenalkan Diri ke Pedagang Pasar
Managing Director Cyrus Network Eko Dafid Afianto menuturkan peluang dua pasangan calon itu untuk meningkatkan elektabilitasnya masih sangat terbuka. Hal tersebut bisa dilakukan jika partai pendukung bekerja secara maksimal.
Terlebih, dari survei itu, hanya 30 persen pemilih yang menyatakan pilihannya solid. Sedangkan 70 persen sisanya mengaku masih mungkin mengubah pilihan. "Pasti bisalah, ini angka dinamis," katanya.
Survei Cyrus Network dibuat dengan melibatkan 1.000 responden yang tersebar di 27 kabupaten/kota di Jawa Barat. Survei dilakukan mulai tanggal 16-22 Januari 2018. Survei dilakukan dengan teknik multistage random sampling dengan tingkat keyakinan 95 persen dan margin error 3,1 persen.