TEMPO.CO, Jakarta - Partai Keadilan Sejahtera memutuskan mendukung Mayor Jenderal (Purnawirawan) Sudrajat dan Wakil Wali Kota Bekasi Ahmad Syaikhu sebagai pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat. Meski nama Sudrajat baru muncul belakangan ini, Ketua Umum PKS Sohibul Iman yakin ia bisa memenangkan pertarungan pemilihan gubernur Jawa Barat.
Sohibul mengatakan di tanah Sunda dikenal empat syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang jika hendak menjadi pemimpin Jawa Barat. Syarat-syarat itu adalah nyunda, nyakola, nyantri, dan nyantika.
"Nyunda berarti orang Sunda asli. Memang beliau ini asli Sunda dan perilakunya nyunda bener," kata Sohibul di Kantor DPP PKS, Jakarta Selatan pada Rabu, 27 Desember 2017.
Baca: Cerai dengan Demokrat di Pilgub Jabar, Ini Kata Presiden PKS
Selain itu, rakyat Jawa Barat menginginkan pemimpinnya mempunyai pendidikan yang baik (nyakola). Sudrajat dianggap memenuhi kriteria ini lantaran telah mengecap pendidikan tinggi dan karier yang moncer saat menjadi tentara. "Tidak bisa diragukan," kata dia.
Sohibul mengatakan Sudrajat juga merupakan sosok yang religius (nyantri). Meski tidak pernah mencicipi bangku pesantren, ia dikenal dekat dengan kalangan ulama.
Adapun kriteria terakhir, yaitu nyantika yang berarti memiliki tata krama dan sopan santun. Sudrajat, kata Sohibul, memenuhi syarat ini. "Dengan (modal) empat ini dalam waktu dekat akan bisa dapatkan elektabilitas," ujarnya.
Baca: Pilgub Jabar 2018, PKB Sebut Ridwan Kamil Terancam Jomblo
Upaya mendongkrak elektabilitas Sudrajat diakui Sohibul menjadi pekerjaan rumah bagi koalisi PKS, Gerindra, dan Partai Amanat Nasional. Sebab, nama Sudrajat baru muncul dan kalah cepat dibandingkan tokoh-tokoh lain yang beredar sejak lama.
"Insya Allah dari bulan ke bulan akan terus kami push, pertama kami sosialisasikan beliau, akan kami kelilingkan beliau ke seluruh Jawa Barat, ke 27 Kab/Kota, tentu beliau juga harus punya panggung, harus berbicara di panggung apapun yang nanti kami sediakan sehingga masyarakat akan mengenalnya," kata Sohibul.
Sebagai figur yang dicalonkan, Sudrajat mengakui jika elektabilitas dan popularitasnya kalah dibandingkan tokoh lain seperti Ridwan Kamil, Deddy Mizwar, dan Dedi Mulyadi. Namun ia percaya diri rakyat Jawa Barat tidak melihat popularitas sebagai dasar memilih pemimpin. "Mudah-mudahan demokrasi makin berkualitas sehingga masyarakat melihat calon pemimpin dari kualitas," kata dia di lokasi yang sama.