TEMPO.CO, Malang - Ribuan personil polisi disiagakan untuk menjaga keamanan selama pemilihan Kepala Daerah serentak 9 Desember 2015. Polisi akan digerakkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi setempat. Seperti ditambah kekuatan polisi di Mojokerto setelah muncul sengketa.
"Ada potensi ancaman di Mojokerto," kata Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur, Anton Setiadji, Rabu 18 November 2015.
Personil polisi, katanya, masih bersiaga di masing-masing markas. Mereka akan digerakkan jika ada ancaman gangguan keamanan.
Mojokerto, katanya, memiliki sejarah konflik saat Pilkada. Pada 2010 lalu, mobil dinas Komisi Pemilihan Umum (KPU) setempat dibakar. Selain itu, KPU juga mencoret salah satu calon sehingga rawan diprotes dan rawan menimbulkan konflik.
Polisi bisa digerakkan dengan cepat, katanya, sesuai kebutuhan pengamanan suatu daerah. Situasi politik, katanya, bisa cepat berubah sewaktu-waktu dan tak bisa diprediksikan sebelumnya. Penjelasan Anton disampaikan saat berkunjung ke Markas Kepolisian Resor Malang Kota.
Baca Juga:
Suhu politik di 19 Kabupaten/Kota di Jawa Timur yang menyelenggarakan Pilkada mulai memanas. Mojokerto dan Madura menjadi perhatian utama karena rawan konflik. "Madura Pilkades saja rawan konflik apalagi pilkada," kata Anton.
Anton tak merinci jumlah personil yang akam diturunkan di masing-masing daerah. Mabes Polri, katanya, juga mendukung pola pengamanan yang diterapkan di Polda Jawa Timur. Sementara Pilkada di Kabupaten Malang relatif aman dan stabil.
"Malang landai saja," katanya.
Dalam Pilkada Kabupaten Malang ada tiga pasangan. Pasangan petahana atau inkumben Rendra Kresna-M.Sanusi didukung koalisi Partai Golkar, PKB, PAN, Partai Gerindra dan Partai Nasdem, pasangan Dewanti Ruparindiah-Masrifah Hadi didukung PDIP dan calon perseorangan Nurcholis dan M.Mufid.
EKO WIDIANTO