TEMPO.CO, Jakarta - Calon Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, ragu akan sejumlah survei yang menyatakan tingkat kepuasan warga Jakarta terhadap hasil kinerjanya tinggi, tapi rendah dalam elektabilitas. "Sedikit anomali," kata Ahok dalam debat kampanye yang digelar Kompas TV di Djakarta Theater, Jakarta, Kamis malam, 15 Desember 2016.
Ahok berharap warga Jakarta mau memperpanjang kontrak kepemimpinannya jika masyarakat puas akan hasil kinerjanya. Calon Wakil Gubernur DKI, Djarot Saiful Hidayat, yang merupakan pasangan Ahok, menambahkan bahwa tidak cukup membangun Jakarta dalam lima tahun saja. "Minimal dua periode," kata Djarot.
Djarot yakin akan ada banyak masyarakat yang rugi jika tidak kembali memilih pasangan Ahok-Djarot. Sebab, kata dia, Jakarta akan menjadi Ibu Kota yang bisa dibanggakan karena bisa membuat sejarah terkait dengan kampanye rakyat yang kini dijalaninya.
Kampanye rakyat, menurut dia, bertujuan melayani masyarakat dengan hati tulus, menciptakan pemerintahan yang bersih dan transparan. "Kita bikin sejarah bahwa ideologi Pancasila hadir di DKI," ujar Djarot.
Kampanye rakyat diterapkan Ahok-Djarot untuk menggalang dana kampanye. Djarot menyebutkan, lebih dari 68 persen donatur menyumbang di bawah Rp 500 ribu. Sedangkan usia masyarakat yang menyumbang rata-rata di bawah 40 tahun. Melalui kampanye rakyat, Ahok mengklaim telah menghapus stigma bahwa kampanye pejabat tidak bisa dibiayai rakyat. "Sekarang kami buktikan bisa (dapat sumbangan) Rp 50 miliar lebih. Bisa dilihat siapa yang kasih," kata Ahok.
FRISKI RIANA