TEMPO.CO, Gowa, Sulawesi Selatan - Bentrokan terjadi antara polisi dan sekelompok massa di depan kantor Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Bentrokan dipicu oleh kekecewaan massa yang tidak puas terhadap kinerja Panwaslu. "Mereka berniat menguasai kantor Panwaslu," kata Kepala Bidang Humas Polda Sulawesi Selatan dan Barat Komisaris Besar Frans Barung Mangera, Sabtu, 12 Desember 2015.
Untuk mengantisipasi perusakan, polisi membentuk barikade agar massa tidak masuk ke kantor Panwaslu. Namun hal itu justru membuat massa marah dan menyerang polisi. Mereka melempari polisi dengan batu dan petasan. Serangan itu dibalas polisi dengan tembakan gas air mata.
Sebelumnya, massa yang tergabung dalam Gerakan Penyelamat Suara Rakyat itu berkumpul di Rumah Adat Balla Lompoa (rumah besar). Mereka bersiap datang ke kantor Panwaslu untuk mengajukan protes. Protes itu dilontarkan karena kandidat nomor urut 5, Adnan Purichta Ichsan Yasin Limpo-Abdul Rauf Kareng Kio (Adkio), unggul dalam hitung cepat. Mereka menduga telah terjadi kecurangan dan mendesak Panwaslu mengambil tindakan.
Secara terpisah, Kepala Polda Sulawesi Selatan-Barat Inpektur Jenderal Pudji Hartanto Iskandar menegaskan siap mengambil tindakan tegas apabila massa tetap melakukan tindakan yang mengganggu keamanan dan ketertiban.
"Kami berusaha agar suasana tetap kondusif. Saya berharap para pendukung sabar menunggu keputusan resmi KPUD untuk senantiasa tertib menjaga stabilitas keamanan," ujarnya.
Hingga petang ini, ketegangan masih menyelimuti Gowa. Massa berkumpul di depan kantor Panwaslu dan KPUD. Polisi, dibantu TNI, masih terus berjaga-jaga.
Kamis lalu, massa sempat merusak kantor Panwaslu hingga ternjadi bentrokan dengan kepolisian. Amuk massa itu berlangsung hingga malam hari. Polisi berhasil memukul mundur massa setelah melepaskan tembakan gas air mata. Dalam peristiwa itu, seorang anggota Brimob terluka sehingga harus menjalani perawatan.
ANTARA