TEMPO.CO, Yogyakarta – Sedikitnya ada dua rumah sakit khusus kejiwaan di Yogyakarta yang menyatakan telah bersiap diri untuk menampung adanya potensi kedatangan pasien peserta pemilihan kepala daerah yang mengalami stres atau depresi karena kalah saat pemilihan umum kepala daerah serentak Rabu, 9 Desember 2015.
“Sampai hari ini, belum ada permohonan ada pasien baru pascapemilihan kepala daerah untuk dirawat, tapi kami sudah menyiapkan satu ruang klinik khusus,” ujar Sitaga, petugas operasional Rumah Sakit Jiwa Puri Nirmala Kota Yogyakarta, kepada Tempo, Kamis, 10 Desember 2015.
Sitaga menuturkan, untuk mengantisipasi jumlah orang stres akibat kalah saat pilkada ini, klinik yang disiapkan memang lebih sedikit dibanding saat pemilu legislatif lalu yang mencapai dua klinik.
“Peserta pilkada ini kan lebih sedikit dibanding pemilu legislatif, hanya calon kepala daerah di tiga kabupaten. Jadi hanya satu klinik khusus yang kami sediakan,” ujar Sitaga.
Pilkada serentak di Yogyakarta digelar di tiga kabupaten, yakni Bantul, Sleman, dan Gunungkidul. Total calon kepala daerah yang maju ada delapan pasang atau 16 orang. Hampir semua calon dan publik sudah mengetahui gambaran hasil pilkada itu melalui hitung cepat yang dilakukan para saksi yang dikerahkan masing-masing pasangan.
Direktur Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Grhasia Pakem Sleman, drg Pembayun Setyaningastutie, juga menyatakan sudah bersiap menerima pasien baru yang mengalami depresi atau stres terkait dengan hasil pilkada.
“Kami sudah siap sejak lama. Jika ada pasien peserta pilkada yang memang akan dibawa kemari, tenaga medis sudah memadai,” ujar Pembayun.
Namun sama halnya dengan di Puri Nirmala, belum ada pasien calon kepala daerah baik dari DIY maupun luar daerah yang dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Grhasia itu sampai hari ini.
“Semoga tidak ada yang sampai dibawa kemari karena pilkada,” kata Pembayun.
Di Kabupaten Gunungkidul, penanganan depresi atau gangguan psikologis, termasuk yang disebabkan tekanan jiwa akibat proses pilkada, bakal ditangani di Klinik Kejiwaan Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari.
Dokter kejiwaan para calon kepala daerah di Gunungkidul, yang juga ahli kedokteran jiwa Rumah Sakit Daerah Wonosari, Gunungkidul, Ida Rochmawati, menuturkan, potensi gangguan psikologis atau kejiwaan para calon pilkada ini sebenarnya relatif lebih minim.
“Salah satu faktornya karena sudah adanya berbagai pembatasan, terutama soal dana kampanye sampai pengeluaran untuk alat peraga kampanye dari KPU. Jadi tidak bisa jorjoran, dan kalau kalah ada batasannya,” ujar Ida.
PRIBADI WICAKSONO