TEMPO.CO, Depok - Perwakilan Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia, Negah Rahmini, mengatakan demokrasi di Indonesia cukup maju. Hal ini terlihat dari partisipasi pemilih yang datang ke tempat pemungutan suara dalam pemilihan kepala daerah serentak hari ini, 9 Desember 2015, dan seluruh tahapannya.
"Demokrasi kedua negara, Indonesia dan Australia, cukup maju. Hanya, di Australia, pemilih wajib memilih," katanya saat melihat pemilihan di Depok.
Ia mengatakan, bila ada warga Australia yang tidak memilih alias golput, mereka akan didenda pemerintah. Dendanya mencapai US$ 70 atau sekitar Rp 700 ribu. "Pemilihannya masih manual seperti Indonesia dan antreannya cukup panjang bila di Australia," ucapnya.
Biasanya penyelenggara di Australia menyediakan barbeque untuk pemilih sambil menunggu antrean untuk mencoblos. Namun, kata Negah, ada perbedaan waktu kampanye antara Indonesia dan Australia.
Sementara di Indonesia ada masa tenang kampanye, di Australia tidak ada. Bahkan calon kepala daerah yang menjadi kandidat bisa berkampanye sampai di tempat pemungutan suara. "Bahkan calon kepala daerah bisa mengajak pemilih mencoblosnya sampai di TPS," ujarnya.
Pilkada Depok diikuti dua pasang calon, yakni Dimas Oky Nugroho-Babai Suhaimi, yang diusung PDIP, PAN, PKB, dan NasDem. Sedangkan pasangan Idris Abdul Shomad-Pradi Supriatna diusung Partai Gerindra dan PKS. Total angka partisipasi pada pilkada 2010 mencapai 54 persen.
IMAM HAMDI