TEMPO.CO, Surakarta - Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kota Surakarta meminta masyarakat ikut mengawasi jalannya pemungutan suara dalam pilkada. Mereka juga menggandeng komunitas untuk ikut andil dalam menciptakan proses pilkada yang bersih. Salah satunya adalah organisasi Radio Amatir Republik Indonesia (RAPI).
Ketua Panwaslu Surakarta, Sri Sumanta mengatakan bahwa pihaknya memiliki keterbatasan dalam pengawasan pilkada. "Kami hanya mampu menempatkan satu personel di tiap tempat pemungutan suara (TPS)," katanya, Selasa 8 Desember 2015.
Hal itu membuat pengawas hanya mampu mengawasi jalannya proses pemilihan di sekitar TPS. "Padahal terkadang kecurangan terjadi di luar TPS," katanya. Kondisi itu membuat pihaknya harus menggandeng masyarakat untuk melakukan pengawasan.
Saat ini pihaknya telah mengikat kerjasama dengan RAPI untuk membantu tugas pengawasan. "Mereka memiliki perangkat radio yang cukup penting untuk komunikasi," katanya.
Personel dari RAPI itu juga ditugaskan untuk memantau kondisi keamanan selama proses pemilihan berlangsung. Menurut Sumanta, mereka akan ditempatkan di beberapa posko, seperti di kantor kelurahan serta kecamatan.
Wakil Ketua RAPI Surakarta, Bambang Ary menyebut bahwa pihaknya akan mengerahkan 60 personelnya. "Kami juga telah memasang jaringan radio di kantor Panwaslu," katanya.
Sebenarnya, RAPI Surakarta saat ini memiliki personel sekitar 120 orang. Hanya saja, sebagian dinantaranya merupakan anggota dari partai politik. "Kami pilihkan anggota yang netral dan bukan anggota partai," katanya.
Menurut Bambang, pihaknya juga menyediakan beberapa personel untuk berpatroli serta melakukan pengawasan bersama dengan anggota pengawas pemilu. Hal itu dilakukan agar tiap pengawas pemilu bisa berkomunikasi dengan lancar.
"Peralatan radio ini memiliki beberapa kelebihan dibanding telepon seluler," katanya. Salah satunya, radio masih dapat digunakan meski berada di dalam gedung. "Selalu ada sinyal sehingga komunikasi bisa lancar," katanya.
AHMAD RAFIQ