TEMPO.CO, Jakarta - Pasangan urut nomor dua, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat, sebenarnya memiliki kesempatan menang dalam putaran kedua pilkada DKI Jakarta. Namun, karena tidak memiliki strategi komunikasi yang baik, kemenangan itu sulit dicapai. “Strategi komunikasi tersebut harus meraih simpati banyak orang untuk memiliki kursi gubernur,” kata ahli statistik sosial dari Universitas Indonesia, Dirga Ardiansa, Rabu, 19 April 2017.
Pendapat Dirga itu disampaikan dalam diskusi bertajuk "Hitung Cepat Calon Gubernur DKI Jakarta 2017 Putaran Kedua" yang digelar di Gedung Tempo, Palmerah Barat, Jakarta. Berdasarkan hasil penghitungan cepat, perolehan suara Ahok-Djarot di bawah pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Penghitungan cepat itu dilakukan oleh tiga lembaga survei, yakni Indikator Politik, Pollmark, dan LSI Denny JA.
Simak: Hasil Quick Count atau Hitung Cepat Pilkada DKI 2017
Menurut Dirga, pasangan Ahok-Djarot juga seharusnya menawarkan kebijakan yang memprioritaskan masyarakat kalangan bawah. “Komunikasi tersebut didukung dengan kebijakan yang tidak menekan kaum bawah, seperti reklamasi dan penggusuran,” ucap pria yang juga menjadi Manajer Riset Pusat Kajian Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UI ini. “Jadi bukan persoalan minoritas, melainkan kebijakannya yang tidak populer di masyarakat.”
Baca: Kalah dalam Survei, Ahok: Saya Masih Gubernur Sampai Oktober
Pakar politik, Philips J. Vermonte, yang juga menjadi pembicara dalam diskusi ini, justru menilai isu minoritas menjadi penentu kekalahan Ahok-Djarot. “Ini membuktikan tidak adanya kesempatan yang sama bagi kaum double minoritas seperti Pak Ahok,” katanya.
Menurut Philips, kekalahan Ahok itu bisa menjadi preseden bagi kaum minoritas yang ingin terjun ke dunia politik. “Orang-orang dari kelompok minoritas menjadi menahan diri karena melihat pergulatan (agama dan etnis) yang sedemikian rupa,” katanya.
Baca: Pilkada DKI, Ahok: Kalah atau Menang Saya Tetap Kerja
Meski begitu, Dirga mengapresiasi perolehan suara untuk Ahok-Djarot sebesar 42,51 persen dibanding pasangan Anies-Sandi, 57,42 persen. “Angka 42 itu tidak kecil. Sangat luar biasa mereka bisa memperoleh angka segitu,” katanya.
ZARA AMELIA | SSN
Baca pula:
Anies-Sandi Menang, Intoleransi Melenggang?
Pilkada Jakarta 2017: Kalau Ahok atau Anies Menang